Monday 31 March 2014

PERJALANANMU

Mungkin ketika kamu membaca ini, kamu sudah balik ke Negara asal. Perjalananmu tak perlu dibahas, tapi ini harus aku bahas. Aku ini baru saja mengkalkulasikan kehidupan baru yang berbeda dari sebelumnya, bukan karena aku tidak peduli, aku lipat ketidakpedulian ini dengan bayanganku antara fajar dan senja. Hidup terus berjalan, estimasi perhari telah aku tetapkan. Aku hanya ingin mengucapkan selamat buat kamu yang menempuh hidup baru. Kamu memang selalu lebih dulu dibandingkan aku. Sepertinya aku ini harus terbiasa ditinggalkan kamu beberapa waktu nantinya. Bukan lagi belantika Indonesia, melainkan dunia. Aku akan terus berusaha menjadi wanita tangguh, meski terkadang mengalirkan linangan air mata karenamu. Ups!
*mau keluar tapi tertahan

Kemarin kamu mengiyakan apa yang aku minta dan kali ini, aku harap kamu juga mengiyakan apa yang aku minta. Jangan pikirkan aku dan semua yang jauh ini saat sesampainya kamu di sana. Nikmati perjalanmu, jadikan cerita yang tak terlupakan. Salamku untuk dunia dan pagoda disana. Jangan repot-repot membawakan yang tidak ada di sini. Aku hanya ingin yang ada tetap ada, kekasihku pulang seperti saat dia pergi. Makasih kamu sudah belajar marah padaku menyertakan HAMmu.

#peluk sayang untuk yang tak terlupakan

Sunday 2 March 2014

Haiii.....

Kangen banget sama kamu. Tenang saja, saat ini aku sedang tidak ingin menyakiti hati siapapun yang membaca blog ini. Aku sedang menunggu ceritaku datang, dari pada sepi, mending aku isi. Sekalian ganti tampilan blog aku, biar ceritanya nggak suram terus seperti backgroundnya. Suatu saat blog ini bakalan aku tutup hingga nanti waktunya, jangan sedih dulu kan masih ada basian yang bisa dilihat kapan saja kalau lagi kangen.
Ini duka, selalu menusuk sukma kalau ada percepatan yang tidak dapat aku genggam dengan cepat. Ada yang bilang ini bukan asal cepat, tapi mencari ketepatan. Mungkin hanya sabar yang dapat membantuku. Sampai saat ini aku belum melihat tanda-tanda kemakmuran untukku. Dia masih diam.
Nggak enak ya tinggal di sini, dekat dari orangtua dan sanak saudara, selalu jadi perbincangan sana sini baik salah. Nggak enak ya jadi cewek bisanya cuma menunggu, padahal banyak orang yang benci akan hal ini, tapi nggak punya pilihan, bisanya diam. Nggak enak ya jadi kakak, harus selalu mengalah dan tanggung jawab pada kehidupan.
Enak banget ya yang dekat dengan orangtua dan saudara, kalo nggak punya duit masih bisa hidup, kalo sakit ada yang ngurusin. Enak banget jadi cewe, nggak perlu kerja keras banting tulang mati-matian, tinggal menunggu hasilnya. Enak banget jadi kakak, seenaknya nyuruh-nyuruh adiknya, harus dengerin terus kata-katanya.
Kalau aku katakan senang, aku belajar menjadi pendusta, kalau aku katakan duka, egois sekali diriku. Jadi sekarang terserah jalannya kehidupan, aku sedang tidak ingin memikirkan kehidupan yang serba rumit, seperti semua masalah aku letakkan besar-besar di kepalaku. Tidak! Itu membuatku terlihat lebih tua. Lebih baik aku menyibukkan diri dengan kegiatanku yang sekarang, teman dekat dan pacar baruuu....

Bukan KITA, tapi AKU dan KAMU


Photograph by +Lieza Azzahra 
Saat ini saat bersamaan hari dimana saat itu terlepasnya rasa antara kamu dan aku. KANGEN BANGET, tapi kata itu terus aku bungkamkan dari sopran nadaku. Kalau keluar, aku rasa lantai keramik di rumahku bakalan bangkit dan menimpa langit-langit rumahku, mungkin saat itu akupun terkena pecahannya, tapi aku sedang tidak ingin pasrah tersakiti lantai keramik rumahku, justru aku ambil keramik dan menancapkannya langsung  dalam-dalam sampai menembus empedu dalam hatiku. Aku bakalan protes, kenapa keramik yang bertebaran? Aku ingin pisau yang bertebaran, tapi apa daya, pisau di rumahku hanya lima buah, menusukku tetap saja tidak langsung membuat aku mati, sama saja dengan keramik itu, masih tumpul. Apa ada yang tahu cara cepat mematikanku? Ayo tunjukkan, jangan dari belakang seperti dimimpi-mimpiku, itu sangat tidak mematikan. Hanya linangan air mata yang berjatuhan, setetes darahpun tidak berhamburan.
Bercerita mimpi, ini mimpi apa bukan? Habis kamu cepet banget ngilangnya, padahal aku pengen banget nyadarin kalau aku sedang tidak bermimpi. Padahal sebelum bertemu aku sangat ingin pegang sebentar saja wajahmu, saat beringin juga memandang pupil matamu, sudah ingin mengembeng air mataku, kalau bertemumu, tumpahlah semuanya. Lalu kenapa tidak? Soalnya buru-buru? Pengen cubit pipi kamu, tapi mau colek ajak udah ada yang menghentikanku, “Jangan, inikan pacar aku!” Tatapanmu juga tidak senyaring dulu, terlihat wajahnya di matamu, walau aku belum pernah bertemu dengannya, aku urungkan melihatmu, lebih baik menunduk melihat hal-hal yang berada di bawah, karena saat itu aku sedang berada di kedalaman, dalam sekali. Ingin melihat wajah yang ada di depanku, tapi tidak terlihat. Kenapa tidak terlihat? Hai, mas-mas tolong lihat mata saya, merah nggak? Kalau gitu tolong tiup! Aku tidak sedang memakai kacamata, lensa juga tidak, apalagi memakai teropong dan kaca pembesar, orang kamu ada di depan aku kok, terasa banget. Oh, mungkin terkena kabut? Tapi kita sedang tidak berada di kota cinta yang berkabut. Nah lo, terhalang apa? Baiklah, coba mengobrol seperti biasa, tapi obrolan kita tak senyaman dulu, ups maaf seharusnya aku tidak menyebut kata “kita” melainkan aku dan kamu. Karena kamu punya “dia” dan aku punya “dia”
KOPI, mungkin kopi dapat menjadi pemersatu lagi, biarlah hanya sekali-kali mataku terbelalak. Kopinya manis, karna ada temannya, lalu kenapa tiba-tiba menjadi pahit? Karna kamu yang memaksaku meminum oplosan kopi secara cepat, sampai cegukan di leherku santar di telinga. Ya ampun, tega banget sih kamu, jadi sedih.... Tapi Tak apalah, mungkin waktu untukku sudah kamu minimizekan di LCD-mu, jam yang sekarang menjadi pusat perhatianmu, bukan lagi aku.

#sepertinya aku bermimpi inagurasi