Wednesday 23 July 2014

Good by false, Syahrussa'adah

Semua manusia yang terlahir di dunia ini dalam keadaan fitrah, tinggal bagaimana orangtuanya ingin menjadikan jabang bayinya muslim atau kafir? Pada umumnya manusia menolak akan perbedaan, apalagi perbedaannya yang sangat signifikan. Tinggal bagaimana yang melihat perbedaan itu, lihatlah dengan kedua mata, telinga, dan pikiran, bukan dengan sebelah mata.

Dalam hitungan kurang dari satu tangan jari-jariku akan melepas kepergian bulan ramadhan. Apa mungkin bulan ramadhan tahun depan akan seperti ini kembali? Atau mungkin kita tidak dapat bertemu kembali dengan bulan penuh kemuliaan? Banyak air mata yang tumbang menjelang detik-detik pelepasan bulan ramadhan, banyak suara-suara sumbang bergetar saat 10 malam ganjil akhir bulan ramadhan.

Ingatkah bloger saat aku menuliskan di tahun sebelumnya atas ramadhan? “I will always miss you, Dhon” Terimakasih Engkau telah mengabulkan semua doa-doa di tahun lalu, terimakasih engkau menghadirkan rizky yang berlimpah dari tahun lalu, terimakasih engkau telah mempertemukan aku dengan beberapa orang terkasih penyambung silaturahmi, terimakasih evaluasi ini ya illahi. Aku hanya berdoa mudah-mudahan aku dapat dipertemukan lagi dengan ramadhanmu tahun depan, dengan pencita-citaan aku yang belum tersampaikan.

Friday 18 July 2014

Friday, June 11, 2014

Dear all....
Hari ini aku dipertemukan oleh dua lelaki pengendara motor, yang bertengkar adu jotos dilapangan aspal, di bawah lampu merah perempatan veteran. Mereka membuat semua orang disekeliling antipati melihatnya. Sempat dag dig dug, taku aku yang jadi sasaran. Pas lampu merah berubah hijau, aku bergegas menggas sekencang-kencangnya motorku, dan di spion masih terlihat kedua pemudayang membuat macet jalan raya di jam 11 malam buta itu.
Pertanyaan aku cuma satu, "kok nggak malu ya?"
Biasanya aku bertemu orang yang sering menutupi kejelekan orang lain dan kejelekan dirinya sendiri, sesekali mungkin dari mereka mengumbar kejelekan orang lain. Kali ini perkenalkan manusia lain, kedua lelaki ini adalah orang yang membuka aibnya sendiri di depan umum.
#11.00 pm

Thursday 10 July 2014

MY BLOG

Mungkin sebagian dari kalian bertanya, apa sih isi dari blog saya?
Blog ini adalah tulisan-tulisan saya. Saya bertanggung jawab atas tulisan yang telah saya buat, atas statment yang sering menjatuhkan dan menyakitkan untuk beberapa pihak. Saya bukan perekam picisan, cerita, dan berita. Saya hanya perekam informasi yang mungkin kalian butuhkan sekarang atau nantinya. Saya bertanggung jawab dengan tulisan yang saya keluarkan, karena bagi saya tulisan mewakilkan semua leksem yang hendak saya vokalkan.

Dari tulisan saya belajar jujur dan tanggung jawab, bukan berarti saya sudah jujur dan bertanggung jawab, saya hanya belajar agar tidak menjadi orang yang fasik. Alangkah buruknya bukan seseorang yang sudah meluncurkan statment bertubi-tubi tetapi malahan orang tersebut yang tidak tanggung jawab pada statmentnya. Seperti lelaki buaya yang menggugurkan janji sucinya dengan seorang istri, seperti pelajar yang melanggar janji siswa, seperti pejabat tinggi negara yang mengenyampingkan janji jabatannya, dan saya sangat hati-hati dalam menuliskan beberapa hal yang nantinya kalian akan tanyakan. Mudah-mudahan kalian bukan salah satu orang dari sebagain yang tidak bertanggung jawab atas statment yang kalian keluarkan.

#sindiran halus lebih berharga dari saya sebelum orang lain mengeluarkan

DOHONG DAN TINGGANG

photograph by @liezaazzahra

Pada suatu masa, hiduplah seorang putri raja bernama putri Intan. Ayahnya adalah raja Kerajaan Kalang yang teletak di Kalimantan Tengah. Putri Intan merupakan seorang putri yang jujur, rendah hati, sabar, penyayang, dan hormat pada yang tua. Tak heran seluruh masyarakat Kerajaan Kalang mencintai Putri Intan. Namun sayang, ada seorang dayang yang sangat membencinya. Dayang itu iri akan akan perhatian yang didapat putri Intan, sehingga ia melaksanakan suatu muslihat jahat agar dapat membuat Putri Intan terusir dari kerajaan.
Dayang itu menyebarkan fitnah tentang putri Intan kepada masyarakat, iya menyampaikan bahwa putri Intan selalu memperlakukan dirinya dengan semena-mena. Secara cepat fitnah itu menyebar keseluruh penjuru negeri sehingga rakyat terhasut oleh berita itu. Tak hanya menghasut rakyat, dayang itu pun menghasut raja, dengan mengatakan bahwa diam-diam putri Intan telah memeras rakyat.
“Tak sepantasnya putri sorang raja melakukan hal tersebut, Baginda. Apa yang dilakukannya telah membuat malu kerajaan. Lebih baik ia diusir saja keluar dari istana” hasut dayang itu.
Sayang, raja pun termakan fitnah yang terus menerus dilakukan si dayang. Putri Intan merasa heran dengan perubahan sikap ayahnya. Berkali–kali ia bertanya apa yang salah dengan tingkah lakunya. Hingga pada suatu hari, dengan penuh kemarahan, akhirnya raja mengusir Putri Intan keluar dari istana.
“Tak pantas kau sebagai putri Raja melakukan pemerasan terhadap rakyat! Membuat malu kerajaan ini! Pergi dari istana sekarang juga!” Seru raja dengan marah.
Putri Intan sangat terkejut mendengar kata–kata ayahnya. Air matanya bercucuran, ia pergi meninggalkan istana. Sambil berdoa ”Ya Tuhan, tunjukanlah padaku siapa yang telah menyebarkan fitnah ini.”
Karena seluruh negri telah membencinya, putri Intan tinggal menyepi di pinggir hutan. Ia hidup dari buah–buahan dan sesekali berburu binatang.
Suatu kali, Putri Intan pergi berburu agak jauh ke dalam hutan. Semakin ke dalam, hutan semakin gelap. Tiba – tiba ia mendengar suara tertawa tertahan di belakangnya, “Hihihi....” Dengan sangat terkejut, putri Intan berbalik. Ia berhadapan dengan seorang nenek tua. Rupanya nenek itu adalah seorang nenek sihir yang baru selesai bertapa. Melihat seorang gadis sendirian , nenek itu ingin mencoba ilmu yang baru didapatnya.
Tanpa menghiraukan penolakan putri Intan, nenek itu menyihirnya menjadi seekor burung tinggang.
“Sihir ini akan hilang jika ada pemuda yang  mengembalikanmu ke Istana,” Ujar sang nenek sambil berlalu pergi.
Putri Intan yang telah menjelma menjadi seekor burung Tinggang hanya bisa terbang kesana kemari sambil berkicau. Sejak itu, burung Tinggang tinggal di tengah hutan. Ia terbang dari suatu pohon kepohon lain untuk mencari makanan.
Naas, suatu hari ia terjebak sebuah perangkap di pohon. Walau telah berusaha keras mengepakkan sayap, burung Tinggang tak dapat jua melepaskan diri. Ia pun hanya bisa pasrah.
Tiba–tiba terdengar suara ranting pohon yang terinjak. Lama–lama semakin dekat. Mendengar itu, burung Tinggang segera berkicau keras–keras untuk menarik perhatian. Tampak seorang pemuda membawa keranjang bertutup. Pemuda itu bernama Dohong. Rupanya dialah pemilik perangkap itu. Saat melihat perangkapnya berisi burung, Dohong sangat gembira dan segera mengambil burung itu. Didengarnya burung itu berkicau sangat merdu, bulunyapun indah. “Kubawa saja ke rumah untuk kupelihara,” pikirnya.
Setiap hari dohang pergi ke hutan untuk memasang perangkap dan memeriksanya. Siang itu, ia pulang dari hutan. Betapa terkejutnya Dohang saat melihat di atas meja sudah tersaji makanan lengkap siap disantap. Tak ada siapapun di rumah selain dia. Dengan penuh keheranan, ia memakan sajian tersebut. Hal ini berlangsung terus beberapa hari.
Karena ingin tahu siapa yang menyiapkan makanan itu, suatu hari Dohonh pura–pura pergi kehutan. Namun sesampainya di ujung jalan, ia kembali berbalik menuju rumah. Ia mengintip ke dalam rumah diam–diam. Ia melihat asap tebal muncul dari sangkar burung tempat burung Tinggang dipelihara. Tiba–tiba dari balik asap tersebut tampak seorang gadis! Segera Dohong menghampirinya.
“Siapa kamu dan dari manakah kamu berasal?” Tanya Dohong.
“Maaf tuan, saya putri Intan dari Kerajaan Kalang. Saya diusir  ayah dari istana. Di hutan saya disihir oleh seorang petapa hingga menjadi burung”.
Putri Intan menceritakan semua yang telah dialaminya. Ia pun mengatakan bahwa sihirnya akan hilang jika ada ada yang membawanya kembali keistana.
Dohang setuju untuk membawa putri Intan ke istana. Sepanjang perjalanan, putri Intan tak lagi berubah menjadi burung. Pengaruh sihir itu telah benar–benar hilang.
Di istana Dohong menceritakan pengalamannya bersama putri Intan kepada Raja. Raja kalang akhirnya menyadari bahwa putrinya telah difitnah.
Raja menyelidiki siapa yang telah menyebarkan fitnah tersebut. Tertangkaplah dayang yang telah memfitnah putrinya. Raja Kalang memberinya hukuman yang berat, dimasukkan ke dalam penjara.
“Maafkan ayah, putriku. ayah telah khilaf mempercayai kata–kata orang lain dan tidak menanyakan kebenarannya kepadamu,” kata raja kepada putri Intan. Putri Intan telah memaafkan ayahnya, dan merekapun kembali hidup bahagia di istana bersama Dohong yang dinikahkan dengan putri Intan.

#Cerita Rakyat

Faktor Sosial yang Mempengaruhi Pilihan Kode

Pilihlah variasi atau kodemu
Apa kamu pemakai bahasa?
Contoh 1
Kalala 16 tahun. Dia hidup di Bukavu, kota Afrika di tanah Zaire dengan populasi berkisar 220.000. Afrika adalah kota bermacam budaya, kota bermacam bahasa dan bermacam-macam pendatang dan berpergian dengan alasan berbisnis dan bekerja. Masyarakat yang hidup menetap memiliki empat golongan berbicara yang berbeda di kota ini. Kalala seperti kebanyakan temannya yaitu pekerja. Setiap harinya dia pakai untuk jalan-jalan, pergi tempat meeting, atau ke rumah teman. Hari-harinya dia menggunakan beberapa variasi dan kode sewaktu-waktu.
Bahasa standar di Zairen adalah Swahili. Satu bahasa Nasional ia gunakan, dan bahasa Bukavu ia gunakan untuk transaksi di kantor, untuk berbicara dengan teman sebaya ia menggunakan bahasa sehari-hari. Kalala adalah penggguna tiga bahasa. Ia dapat memakainya kapan pun ia butuh. Disini Kalala mempunyai pilihan dalam variasi dan kode bahasa yang ingin ia gunakan dalam berbicara. Berbeda dengan pengguna bahasa yang hanya menggunakan satu variasi dan kode bahasa.
Domain dalam penggunaan bahasa
Domain dari penggunaan bahasa, istilah yang dipopulerkan oleh sociolinguist Amerika, Joshua Fishman. Sebuah domain bahasa melibatkan interaksi khas antara peserta khas dalam pengaturan yang khas tentang topik yang khas. Contoh domain ini adalah keluarga, persahabatan, agama, pendidikan dan pekerjaan. Domain situasi fisik atau tempat khas di mana terjadi interaksi pidato (pilihan kode), pengaturan seperti rumah, gereja, masjid, sekolah, kantor, dll.
Hal ini tidak jarang di negara kita untuk melihat bahwa bahasa-bahasa lain selain bahasa Inggris yang diucapkan di dalam rumah dengan teman dan keluarga. Namun ketika keluarga-keluarga ini menguasai tiga bahasa bilingual atau bahkan berinteraksi sosial di luar rumah mereka, mereka akan berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Bahkan pelayanan gereja dapat menggunakan variasi bahasa, yang Anda hanya akan mendengar di sisi gereja atau di sekolah. Contoh perbedaan dalam penggunaan bahasa dapat dilihat dalam contoh berikut dari Janet Holmes, "Sebuah Pengantar sosiolinguistik," dari dua bahasa utama yang digunakan di Paraguay, Spanyol dan Guaran:
Domain
Penerima
Pengaturan
Topik
Bahasa
Keluarga
Induk
Depan
Perencanaan pesta
Guarani
Persahabatan
Teman
Kafe
Lucu ancedote
Guarani
Agama
Imam
Gereja
Memilih liturgi Minggu
Spanyol
Pendidikan
Guru
Utama
Menceritakan sebuah cerita
Guarani
Pendidikan
Dosen
Universitas
Pemecahan masalah matematika
Spanyol
Administrasi
Resmi
Kantor
Mendapatkan lisensi yang penting
Spanyol

Model variasi atau kode pilihan
Model variasi atau kode pilihan dapat digunakan kapan pun, dimana pun sewaktu-waktu kita ingin menggunakannya sesuai konteksnya. Ketika dua orang berbicara dengan satu sama lain, selalu ada lebih banyak terjadi dari sekedar menyampaikan pesan. Bahasa yang digunakan oleh peserta selalu dipengaruhi oleh sejumlah faktor sosial yang menentukan hubungan antara peserta. Perhatikan, misalnya, seorang profesor membuat permintaan sederhana seorang siswa untuk menutup pintu kelas untuk mematikan suara dari koridor. Ada sejumlah cara permintaan ini dapat dibuat:
  1. Sopan, dengan nada moderat "Bisakah Anda menutup pintu?"
  2. Dengan cara yang bingung sambil menggelengkan nya / kepala "Kenapa kau tidak menutup pintu?"
  3. Berteriak dan menunjuk, "Tutup pintu!"
Ucapan yang paling tepat untuk situasi akan suatu. Yang paling tidak tepat akan c. Pernyataan ini merendahkan siswa, dan menyediakan tidak ada upaya oleh profesor untuk menghormati dia / nya. Ucapan b adalah canggung karena itu berarti bahwa guru secara otomatis mengasumsikan bahwa mahasiswa harus tahu lebih baik daripada membiarkan pintu terbuka saat ada kebisingan di lorong. Ketidaktepatan ini adalah keputusan sosial yang terikat pada faktor-faktor sosial yang membentuk hubungan antara pembicara (profesor), dan pendengar (siswa).
Faktor-faktor sosial lain yang memengaruhi pilihan kode
Ketika memilih ucapan yang tepat untuk situasi, ada faktor-faktor yang harus Anda pertimbangkan agar dapat secara efektif menyampaikan pesan ke peserta lain.
  1. Peserta-seberapa baik mereka mengenal satu sama lain?
  2. Sosial pengaturan formal atau informal
  3. Siapa yang berbicara-status hubungan / peran sosial (mahasiswa vs dosen)
  4. Tujuan atau tujuan percakapan
  5. Topik
Apakah Anda melihat bahwa ada perbedaan dalam cara Anda berbicara dengan teman-teman Anda dan cara Anda berbicara dengan keluarga Anda, guru, atau orang lain status profesional?
Ketika memberitahu teman Anda yang Anda sukai kemeja, Anda mengatakan:
"Hei, kemeja keren, saya suka itu!"
Ketika menceritakan Presiden perusahaan tua pekerjaan Anda untuk yang Anda sukai kemeja, Anda mengatakan:
"Kau tampak sangat bagus hari ini, aku benar-benar suka baju itu."

Hal ini disebut memilih berbagai kode. Hal ini juga dapat dilihat pada skala yang lebih besar, diglosia, di mana negara-negara multibahasa meliputi berbagai aksen, gaya bahasa, dialek dan bahasa. Masing-masing faktor adalah refleksi dari kawasan dan latar belakang sosial ekonomi dari mana Anda berasal. Dalam masyarakat satu bahasa, faktor wilayah dan sosial-ekonomi ditentukan oleh dialek dan gaya bahasa.

Diglosia
Diglosia adalah masyarakat di mana dua bahasa atau ragam bahasa yang digunakan dengan satu menjadi berbagai tinggi untuk situasi formal dan prestise, dan berbagai situasi informal rendah untuk (percakapan sehari-hari). Dalam komunitas bilingual, diglosia terjadi di mana dua bahasa atau dialek yang digunakan berbeda sesuai dengan situasi sosial yang berbeda. Janet Holmes mendefinisikan diglosia sebagai memiliki tiga fitur penting:
  1. Dalam bahasa yang sama, yang digunakan dalam komunitas yang sama, ada dua varietas yang berbeda. Salah satunya adalah dianggap sebagai tinggi (H) dan rendah lainnya (L).
  2. Setiap digunakan untuk fungsi yang berbeda.
  3. Tidak ada yang menggunakan tinggi (H) dalam percakapan sehari-hari.
Sikap pada H dengan L di situasi diglosia
Pemakaian dalam suasana resmi, bisa dijadikan satu indikator akan tingginya status bahasa tersebut dibandingkan dengan dialek lainnya. Dalam pembicaraan  Dinglosia menggunakan kata H (high=tinggi) dan L (low=rendah). Bahasa baku disebut ragam bahasa H, sedangkan dialek-dialek lainnya disebut dengan L.  Pada contoh berikut ini adalah untuk membedakan dimana Anda akan menggunakan berbagai situasi sosial yang diberikan:
  • Menceritakan lelucon
  • Wawancara pekerjaan
  • Memberikan pidato untuk acara amal
  • Memberikan pidato untuk seorang teman untuk / nya ulang tahunnya
  • Gereja
  • Kafetaria
Contoh: bahasa Arab standar klasik adalah ragam yang tinggi di negara-negara Arab, dan digunakan untuk menulis dan untuk fungsi formal, tetapi vernakular (sehari-hari) Bahasa Arab adalah berbagai rendah digunakan untuk situasi pembicaraan informal.
Perpanjangan tujuan dari diglosia
Pemakaian ragam yang tepat pada situasi yang tepat adalah penting supaya proses komunikasi betul-betul lancar. Sebagaimana diketahui bahwa bahasa baku adalah bahasa yang diajarkan. Bila seseorang menggunakan bahasa baku dalam suasana santai, maka dia bisa jadi objek lelucon. Demikian pula sebaliknya, jika seseorang menggunakan bahasa santai dalam suasana resmi, maka ia akan jadi objek cemohan banyak orang.
Suatu kekhususan dalan diglosia antara lain, ketika perkuliahan dimulai, ragam H menjadi pilihan utama dalam situasi formal. Ketika mahasiswa keluar dari kelas, ragam L sudah dapat dijadikan pilihan dalam berdiskusi mengenai perkuliahan tersebut.
Polyglossia
Diglosia bersangkar ganda adalah situasi kebahasaan yang mengenal ragam T dan ragam R dan di dalam masing-masing ragam terdapat ragam t dan ragam r juga. Keadaan seperti ini didapatkan di Khalapur yang terletak di sebelah utara New Dehli, India. Jenis diglosia ketiga ini, disebut sebagai linear polyglossia, terdapat di Malaysia dan Singapura. Polyglossia pada dasarnya melibatkan dua varietas situasi kontras (tinggi dan rendah) tetapi secara umum merujuk pada masyarakat yang secara teratur menggunakan lebih dari dua bahasa.
Perubahan dalam situasi diglosia
Dalam masyarakat ujaran diglosia, diakui bahwa melebihi ragam L dalam berbagai hal. Kadang-kadang begitu ekstrim, H dianggap sebagai bahasa sesungguhnya, L belum atau tidak berbahasa. Dalam hal ini pengajaran bahasa, maka ragam H lah yang pantas diajarkan, karena inilah yang pantas dipelajari. Seringkali mereka yang berpendidikan ingin menggalakkan H di mana-mana, walau kenyataannya dalam sosialisasi sehari-hari, justru ragam L lah yang lebih dominan. Kalaulah tidak ada anggapan H terasa lebih indah, logis, mampu mengungkapkan pikiran-pikiran yang penting dan sebagainya. Sikap ini bisa ada pada mereka yang penguasaan H nya terbatas. Dalam beberapa hal di beberapa masyarakat tertentu ketinggian atau kelebihan ragam H dihubungkan dengan kepercayaan atau agama. Ragam H dan L dalam statusnya dibedakan pula satu dari yang lainnya dalam bahasa itu sendiri yang teramati dalam grammar, kosakata, dan fonologi.
Pilihan kode atau kode pencampuran
Pengikut, kebersamaan dan status
Dalam linguistik, pilihan kode adalah penggunaan bersamaan lebih dari satu bahasaatau bahasa varietas dalam percakapan. Multilinguals - orang yang berbicara lebih dari satu bahasa - kadang-kadang menggunakan unsur-unsur bahasa dalam bercakap-cakap dengan satu sama lain. Dengan demikian, kode-switching adalah penggunaan lebih dari satu varietas linguistik dengan cara yang konsisten dengan sintaks dan fonologi dari setiap varietas.
Kode-switching yang berbeda dari yang lain kontak bahasa fenomena, seperti pinjaman. Pembicara bentuk dan membentuk bahasa pidgin ketika dua atau lebih pembicara yang tidak berbicara bahasa yang sama bentuk bahasa, menengah ketiga. Di sisi lain, speaker praktek kode-switching ketika mereka masing-masing fasih dalam kedua bahasa. Kode pencampuran adalah istilah tematis yang terkait, tetapi penggunaan istilah kode-kode-switching dan pencampuran bervariasi. Beberapa sarjana menggunakan salah satu istilah untuk menunjukkan praktek yang sama, sementara yang lain menerapkan kode-pencampuran untuk menunjukkan sifat linguistik formal mengatakan bahasa-kontak fenomena, dan kode-switching untuk menunjukkan, penggunaan yang sebenarnya diucapkan oleh orang-orang yang multibahasa.
Istilah Kode-switching juga digunakan di luar bidang linguistik. Beberapa sarjana literatur menggunakan istilah untuk menggambarkan gaya sastra yang meliputi unsur-unsur dari lebih dari satu bahasa, seperti dalam novel oleh Cina-Amerika, Anglo-India, atau Latin/para penulis. [6] Dalam penggunaan populer kode-switching kadang-kadang digunakan untuk merujuk ke informal yang relatif stabil campuran dari dua bahasa, seperti Spanglish atau Franponais. Kedua dalam penggunaan populer dan beasiswa sosiolinguistik, nama kode-switching kadang-kadang digunakan untuk merujuk untuk beralih antara dialek, gaya atau register, seperti yang dipraktekkan oleh penutur bahasa Inggris Vernakular Afrika Amerika ketika mereka bergerak dari kurang formal untuk pengaturan yang lebih formal.
Pertukaran untuk fungsi afektif
Pertukaran untuk fungsi afektif merupakan hasil dari kurangnya kosakata dan ini melibatkan pinjaman satu kata - terutama kata benda. Ketika berbicara bahasa kedua, orang akan sering menggunakan istilah dari bahasa pertama mereka karena mereka tidak tahu kata yang tepat dalam bahasa kedua mereka. Mereka juga saya meminjam kata-kata dari bahasa lain untuk mengekspresikan konsep atau menggambarkan obyek yang tidak ada kata yang jelas tersedia dalam bahasa yang mereka gunakan.
* Kode beralih melibatkan pilihan antara kata-kata dari dua bahasa atau varietas, namun pinjaman leksikal adalah hasil dari kurangnya kosa kata.
Pertukaran metaforis
Pertukaran metaforis adalah untuk berpindah dari satu kode (bahasa, dialek, atau style) yang lain selama pidato untuk sejumlah alasan seperti, untuk sinyal solidaritas, untuk mencerminkan identitas etnis seseorang, untuk pamer, untuk menyembunyikan beberapa informasi dari pihak ketiga, untuk mencapai penjelasan yang lebih baik dari suatu konsep tertentu, untuk berkumpul atau mengurangi jarak sosial dengan si pendengar, menyimpang atau meningkatkan jarak sosial atau untuk mengesankan dan membujuk audiens (metaforis kode-switching)
Bahasa konstruksi
Ahli bahasa telah membuat upaya yang signifikan terhadap mendefinisikan perbedaan antara pinjaman (kata pinjaman penggunaan) dan kode-switching umumnya, pinjaman terjadi dalam leksikon, sementara kode-switching terjadi baik di tingkat sintaks atau tingkat ucapan-konstruksi. Dalam mempelajari sintaksis dan morfologi pola pergantian bahasa, ahli bahasa telah mendalilkan aturan tata bahasa tertentu dan batas-batas sintaksis spesifik untuk mana kode-switching mungkin terjadi. Tak satu pun dari saran ini diterima secara universal, bagaimanapun, dan ahli bahasa telah menawarkan jelas kontra-contoh untuk setiap kendala yang diusulkan. Beberapa kendala yang diusulkan adalah:
  • Para Kendala Free-morfem: kode-switching tidak dapat terjadi antara morfem terikat.
  • Para Kendala Kesetaraan: Kode-switching dapat terjadi hanya dalam posisi di mana "urutan dari dua unsur kalimat, satu sebelum dan satu setelah saklar, tidak dikecualikan dalam bahasa baik." Dengan demikian, kalimat: ". Aku suka kamu porque eres simpatico" ("Saya suka Anda karena Anda yang bagus.") Diperbolehkan karena mematuhi aturan pembentukan klausa relatif bahasa Spanyol dan Inggris.
  • Batas Tertutup-kelas: kelas tertutup item (kata ganti, preposisi, konjungsi, dll), tidak dapat diaktifkan.
  • Bahasa Matrix Model Bingkai membedakan peran bahasa peserta.
  • Para Kepala Kendala Fungsional: kode-switching tidak dapat terjadi antara fungsional kepala (sebuah komplemen, suatu penentu, sebuah belok, dll) dan melengkapi (kalimat, frase nomina, kata kerja frase).
Sikap pada pertukaran kode
Ada dua teori yang berbeda didalam memandang sikap. Teori pertama adalah teori keperilakuan yang melihat sikap sebagai sikap motorik dan teori kedua adalah mentalistik yang melihat sikap sebagai sikap mental. Teori pertama itu beranggapan bahwa sikap hanya dapat diketahui melalui pernyataan seseorang melalui sikapnya. Teori itu telah melahirkan sejumlah besar penelitian sikap dengan cara eksperimen yang cemerlang untuk membangkitkan sikap sehingga responden tidak menyadari bahwa sikapnya sedang diteliti. Teori kedua cenderung bersifat empiris, beranggapan bahwa sikap itu bersifat nyata dan dapat diamati melalui indera dari perilaku seseorang. Sikap menurut pandangan teori itu tidak dapat dipergunakan untuk meramalkan perilaku lain.
Dalam memahami sikap kita perlu memahami hubungan antara rangsangan dan tanggapan. Diantara rangsangan dan tanggapan itu terdapat variabel penyela yang berfungsi menentukan jenis tanggapan yang dihasilkan oleh rangsangan itu. Sikap terdapat pada variabel penyela itu. Dengan demikian, sikap merupakan perantara antara rangsangan yang datang dari luar individu, yang dapat berupa objek sosial, dan tanggapan terhadap objek sosial itu.

Hakikat Makna Sebagai Objek Semantik


Semantik sendiri sebagai ilmu turunan dari Linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna suatu kata. Semantik menitikberatkan pada objek studi yang berkaitan tentang makna. Banyak teori tentang makna telah dikemukakan orang. Menurut teori yang dikembangkan dari pandangan Ferdinand de Saussure bahhwa makna adalah ‘pengertian’ atau ‘konsep’ yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik. Kalau tanda linguistic itu disamakan identitasnya dengan kata atau leksem, maka berarti makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki oleh setiap kata atau leksem; kalau tanda linguistic itu disamakan dengan morfem, maka berarti makna itu adalah pengertian atau konsep yang dimiliki oleh setiap morfem, baik yang disebut morfem dasar maupun morfem afiks.

Pengertian makna (sense – bahasa Inggris) dibedakan dari arti (meaning – bahasa Inggris) di dalam semantik. Makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata). Makna menurut Palmer (1976 : 30) hanya menyangkut intrabahasa. Sejalan dengan makna tersebut, Lyons (1977 : 204) menyebutkan bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Arti dalam kata ini menyangkut makna leksikal dari kata-kata itu sendiri, yang cenderung terdapat di dalam kamus, sebagai leksem. Makna itu tidak lain daripada sesuatu atau referen yang diacu oleh kata atau leksem. Kita dapat menentukan makna setelah dalam bentuk kalimat.
Contohnya:
“Sudah hampir pukul dua belas!”
Bila diucapkan oleh seorang ibu asrama putri kepada seorang pemuda maka bermaksud mengusir, sedangkan jika yang mengatakan adalah seorang karyawan kantor berarti menunjukkan waktu makan siang.

Makna kata dapat dibangun dalam kaitannya dengan benda atau objek di luar bahasa. Dalam konsepsi ini, kata berperan sebagai label atau pemberi nama pada benda-benda atau objek-objek yang berada di alam semesta. Makna kata juga dapat dibentuk oleh konsepsi atau pembentukan konsepsi yang terjadi dalam pikiran pengguna bahasa. Proses pembentukannya berkait dengan pengetahuan atau persepsi penggunaan bahasa tersebut terhadap fenomena, benda atau peristiwa yang terjadi di luar bahasa. Dalam konteks ini, misalnya penggunaan bahasa akan tidak sama dalam menafsirkan makna kata demokrasi karena persepsi dan konsepsi mereka berbeda terhadap kata itu. Selain kedua konsepsi itu, makna kata juga dapat dibentuk oleh kaitan antara stimulus, kata dengan respons yang terjadi dalam suatu peristiwa ujaran.

Beranjak dari ketiga konsepsi ini maka kajian semantik pada dasarnya sangat bergantung pada dua kecenderungan. Pertama, makna bahasa dipengaruhi oleh konteks di luar bahasa, benda, objek dan peristiwa yang ada di alam semesta. Kedua, kajian makna bahasa ditentukan oleh konteks bahasa, yakni oleh aturan kebahasaan suatu bahasa.Begitu pula dengan pengertian tentang kalimat, ujaran dan proposisi perlu dipahami dalam kajian antik. Dalam keseharian, kerap tidak kita bedakan atau kalimat dengan ujaran.

Kalimat sebagaimana kita pahami satuan tata bahasa yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat. Sedangkan ujaran dapat terdiri dari satu kata, frase atau kalimat yang diujarkan oleh seorang penutur yang ditandai oleh adanya unsur fonologis, yakni kesenyapan. dalam semantik kedua konsep ini memperlihatkan sosok kajian makna yang berbeda. Makna ujaran, misalnya lebih banyak dibahas dalam semantik tindak tutur. Peran konteks pembicaraan dalam mengungkapkan makna ujaran sangat penting. Sementara kajian makna kalimat lazimnya lebih memusatkan pada konteks tatabahasa dan unsur lain yang dapat dicakup dalam tata bahasa dalam bahasa Inggris, misalnya unsur waktu dapat digramatikakan yang terwujud dalam perbedaan bentuk kata kerja.

Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling mengerti. Untuk menyusun kalimat yang dapat dimengerti, sebagian pemakai bahasa dituntut agar menaati kaidah gramatikal, sebagian lagi tunduk pada kaidah pilihan kata menurut sistem leksikal yang berlaku di dalam suatu bahasa.

BAPAK FILSAFAT DUNIA

  1. Thales
Thales digelari bapak filsafat karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat. Gelar oru diberikan karena ia mengajukan pertanyaan yang sangat mendasar, yang jarang diperhatikan orang, juga orang zaman sekarang: What is nature of the word stuff? (Apa sebenarnya bahan alami ini?) pertanyaan ini sangat mendasar. Terlepas dari apapun jawabannya, ini saja telah mengangkat namanya me4njadi filosof pertama. Ia sendiri menjawab air. Jawaban ini sebenarnya amat sederhana dan belum tuntas. Belum tuntas karena dari apa air itu? Thales mengambil air sebagai asal alam semesta barangkali karena ia melihatnya sebagai sesuatu yang amat diperlukan dalam kehidupan, dan menurut pendapatnya bumi itu terapung di atas air.

  1. Anaximander
Anaximander mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal dan ada dengan sendirinya. Anaximenes mengatakan itu udara. Udara merupakan sumber segala kehidupan, demikian alasannya. Pembicaraan filosof ini saja telah memperlihatkan bahwa di dalam filsafat terdapat lebih dari satu kebenaran tentang satu persoalan. Sebabnya ialah bukti kebenaran teori dalam filsafat terletak pada logis atau tidaknya argumen yang digunakan.

  1. Heractitus
Menurut Heraclitus alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah, sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. Itu berarti bila kita hendak memahami kosmos, kita mesti menyadari bahwa kosmos itu dinamis. Kosmos tidak pernah berhenti, ia selalu bergerak, dan bergerak berarti berubah. Gerak itu menghasilkan perlawanan-perlawanan. Itulah sebabnya ia sampai pada kongkulasi bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini bukanlah bahan (stuff)-nya seperti yang ditanyakan oleh filosof pertama itu, melainkan prosesnya.

  1. Plato
Menurut Plato, kebenaran umum (definisi) itu bukan dibuat dengan cara dialog yang induktif seperti pada Socrates, pengertian umum itu sudah tersedia di sana di alam idea. Definisi pada Socrates dapat diartikan tidak memiliki realitas.


Fungsi Bahasa Menurut Para Ahli


Sunaryo : Bahasa berfungsi sebagai sarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Keraf Goys : Fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk mengapresiasikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan untuk beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial.
Felicia : Bahasa berfungsi dalam berkomunikasi sehari-hari, sebab satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik lisan, maupun tulisan.
Harimurti Kridalaksana : Bahasa berfungsi untuk alat komunikasi verbal.

Depdiknas : Fungsi Bahasa  bahasa yang utama adalah sebagai alat komunikasi.  Jika fungsi itu dikaitkan dengan budaya maka bahasa berfungsi sebagai sebagai sarana  perkembangan kebudayaan, jalur penerus kebudayaan, dan inventaris ciri-ciri kebudayaan. Jika dikaitkan dengan kehidupan sosial, maka bahasa berfungsi sebagai bahasa nasional, yaitu  lambang kebanggaan kebangsaan, lambang identitas bangsa, alat pemersatu, dan alat perhubungan antardaerah  dan antarbudaya. Sebagai bahasa kelompok,  bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dan interaksi sehari-hari dalam kelompok itu. Dari sisi perorangan, bahasa memiliki fungsi instrumental, menyuruh (regulatory), kepribadian, pemecahan masalah,  dan khayal.

Tuesday 8 July 2014

Bagaimana Mungkin?

Bagaimana mungkin produsen rokok tidak mencicipi akan rasa yang ingin dihasilkan dari sebatang rokok?
Bagaimana mungkin penasihat tidak merasakan ternasihati akan masalahnya?
Bagaimana mungkin kakak tidak lebih dewasa dari adiknya?

Semua itu mungkin saja terjadi. Ada produsen rokok yang sama sekali bukan perokok pasif, apalagi aktif. Ada pula penasihat yang memang belum pernah dinasihati, karena masalahnya dapat diselesaikan sendiri. Dan ada pula seorang kakak yang butuh diayomi adiknya.

Perhatikan selangkah demi langkah kehidupan yang serba unik. Banyak yang kita kehendaki namun bukan diperuntukkan untuk kita, terpending, bahkan failed. Mengikuti alur kehidupan, bukan menjadikan kita pasrah pada takdir qadho dan qadhar. Lebih tepatnya mengajarkan kita untuk ikhlas menerima likuan perjalanan kehidupan. Masalah pasti ada disetiap diri insan kamil, tinggal bagaimana kita menganggap bentuk dari masalah tersebut. Anggap sebagai teman, dan kita butuh akan teman.

#ttyyTTYYkiki060390

Monday 7 July 2014

SEJATI

photograph by +Ray Sahafiz 
Dear pembaca setiaku

Aku hanya ingin berbagi pengalaman. Aku ingat sewaktu aku sekolah dasar dulu, aku ingat pelajaran Bahasa Indonesia yang membahas suatu pribahasa yang aku pahami sejak lama, dan ku tanam dalam benakku. “Karena setitik nila, rusak susu sebelangga” yang artinya "karena setitik kejahatan, rusak seribu kebaikan”. Akan tetapi pribahasa itu hilang dengan beriringnya waktu, berjalannya kedewasaan pada diriku. Bagiku setitik kekecewaan tidak boleh merusak sejuta kebahagiaan dari orang terkasih. Itu adalah sebagian dari suatu kekhilafan pada umat manusia, dan itu adalah suatu kewajaran pada manusia normalnya. Bukankah memang tidak adanya di dunia ini makhluk sempurna? bukankah kesempurnaan hanyalah milik Allah dan Rasulnya? Bukankah manusia tempatnya salah dan dosa?

Kematangan diri seseorang terlihat dari ucapan dan tingkahnya. Cara melihatnyapun tidak dapat berlangsung hanya satu menit, jam, hari, tapi butuh beberapa waktu. Keputusan adalah pilihan dalam hidup yang nantinya semua manusia pasti memiliki keputusan, namun keputusan itu tidak dapat diambil dengan cepat, tidak semudah mengatakan persahabatan sebagai pertemanan, karena keduanya berbeda.

Teman sejati, selalu bertanya sebelum aku bicara “ini masalahku”.
Sahabat sejati, sudah meletakkan pundaknya sebelum aku meminjamnya.
Dia yang sejati, menghapus sebelum air mataku terjatuh

Teman sejati, telah membukakan pintu sebelum aku bilang "boleh masuk?"
Sahabat sejati, menjadi pelindung saat aku bilang "aku takut"
Dia yang sejati, mengobati sebelum aku tersakiti

#terimakasih untuk para sejati