photograph by +Mabrur Huda |
Ting, tong, ting, tong ….. bel sekolah berbunyi, semua siswa masuk ke kelasnya masing-masing. Sesampainya Sinta di kelas, Ani pun langsung meledek. “Cie, dapat mawar lagi nih dari penggemar rahasia?” sambil menyikut tangan sinta yang sedang sibuk memperhatikan bunga mawar tersebut. “iya nih, kayaknya penggemar itu tahu banget kalau gue suka bunga mawar” balas sinta sambil mencibir. “ngomong-ngomong PR Bahasa Indonesia sudah?” tanya Ani. “yang mana tuh?” tanya sinta panik. “karangan narasi di kertas polio Sin!” berusaha menjelaskan. “ya ampuuuun….gimana nih?” Sinta memelas. Doni yang memang sudah melihat tingkah sahabatnya langsung menghampiri seraya berkata “nih untuk elo, gue tahu elo pasti belum buat PR!”. “Ya ampun Don, elo baik banget sih, makasih ya?” ucap Sinta sambil tersenyum. Ya, sebenarnya hanya senyuman itu yang Doni tunggu-tunggu dan akhirnya datang juga. Sewaktu istirahat, Sinta, Ani dan juga Doni sedang berada di kantin. Mereka biasanya memesan mie ayam goring cap Pak De’. Ketika sedang asyik makan, tiba-tiba Doni batuk sambil menutup mulutnya dengan tangan. “Don, elo nggak apa-apa?” tanya Sinta. “Doni pun langsung bergegas menuju kamar mandi. “Doni tuh biasa ya, batuknya seperti orang yang kurang normal!” tutur Ani. “Hush, sembarangan deh kalau bicara” ucap Sinta. “Habis, suara batuknya tuh aneh, terus juga cuma sekali-sekali, kalau orang batuk kebanyakan, pasti nadanya nggak seperti Doni Sin, cuma ‘uhuk’, langsung ngibrit” terang Ani. Doni pun kembali deng wajah yang memerah. “elo sakit Don?” tanya Sinta. “biasa, cuma keselek makanan” jawab Doni santai. “coba periksa ke dokter Don, kayaknya elo sering banget keselek begitu” tambah Ani. “Ahh…ngapain, memangnya gue sakit?” tutur Doni enteng.
Hari kamis, sudah hari ke empat Doni tidak masuk sekolah tanpa keterangan dan tanpa kabar. Sinta dan Ani mencoba untuk datang ke rumah Doni. Sesampainya di rumah Doni, tidak ada seorang anggota keluarganya pun di rumah, baik ayah, ibu, maupun kakaknya. Ketika mereka masih berada di perkarangan rumah Doni, Andi dan Anto teman satu sekolah mereka lewat, sepertinya mereka mau pulang ke rumah mereka masing-masing. Andi dan Anto memang teman rumah Doni yang tinggal se-RT dengan Doni. “Andi, Anto! Baru pulang? Dari mana saja? Pasti habis nongkrong ya?” ejek Sinta. “Heheh, biasa anak cowok” elak Andi. “Elo ngapain di rumah Doni?” tanya Anto. “niatnya sih kita mau tahu keadaan Doni, soalnya dia sudah empat hari belakangan ini nggak masuk” jawab Sinta. “loh? Memangnya nggak ada yang beri tahu kalau Doni masuk rumah sakit?” ucap Andi heran. “Doni masuk rumah sakit?” tanya Ani histeris. “Rumah sakit mana? Kalian bisa antar kita nggak?” tutur Sinta memohon. “bisa kok…sudah tiga hari yang lalu Doni di bawa ke rumah sakit, katanya sih sakit kanker gitu, tapi gue nggak tahu pastinya” jelas Anto. “kanker? Kasihan Doni” ucap Sinta. Sesampainya di rumah sakit, mereka bertemu keluarga Doni yang sedang menangis. Mereka memberitahukan bahwa Doni sudah tiada. Sinta dan Ani pun langsung bercucuran air mata. Mereka tidak menyangka sahabatnya akan pergi meninggalkannya begitu cepat. “Sabar ya tante, om, kak, kita tahu kalau semua ini sangat berat untuk kalian, kami ikut berduka cita” ucap Ani kepada keluarganya. “Doni itu sahabat yang paling baik untuk aku kak, aku nggak nyangka kalau Doni mengidap kanker” tutur Sinta meringis. “Doni memang tidak memberitahukan penyakitnya kepada teman-temannya karena dia tidak ingin di kasihani” tutur kakak Doni. “tapi aku sahabatnya kak” jawab Sinta. “kamu bukan sahabatnya, melainkan orang yang sangat dicintainya” balas kakak Doni. “maka dari itu Doni tidak ingin penyakitnya diketahui teman-temannya, apalagi kamu, karena Doni tidak ingin membuatmu cemas” sambungnya. “Doni, cinta sama aku kak?” tanya Sinta terkejut. “ya, kamulah orang yang sangat ia cintai” tegas kakak Doni. “oh ya Sin, Doni titip surat ini untukmu” haru kakak Doni sambil memberikan surat kepada Sinta.
Hai Sin, mungkin saat kau baca surai ini aku sudah berada jauh dari kamu. Akulah penggemar rahasiamu Sin. Aku terlalu lemah untuk mengakui bahwa aku cinta kamu. Akulah yang selama ini menaruh bunga di depan pintu rumahmu saat ulang tahunmu. Akulah yang selama ini mengerjakan dua kali tugas-tugas yang diberikan guru, berjaga-jaga kalau kamu tidak mengerjakannya. Akulah yang selalu mengikutimu pulang sampai rumah dan berjaga-jaga jika sesuatu akan menimpamu. Akulah yang selalu memperhatikanmu dari belakang punggungmu dan berharap kamu segera menengok dan memberi senyuman itu. Ya, senyuman yang selalu aku tunggu saat-saat melihatmu. Jaga dirimu baik-baik Sin. Doni selalu cinta Sinta.
photograph by +Mabrur Huda |
#sebuah narasi dari Parashma