Apa sih yang ada di benak kita
ketika mendengar kehidupan malam? Ya, kehidupan yang serba gemerlap, ekstrim
dan semua hal yang di anggap tabu. Mulai
dari PSK yang berlomba-lomba banting harga, pemabuk yang telah teler, pemakai
yang minta di tarikkan, pecumbu yang hampir sampai titik klimaks, maling yang teriak maling, dukun yang sedang mengirimkan tuah, pembalap liar yang sudah berkali-kali
ngedrag, penari latar yang mulai melucuti satu persatu pakaiannya, pemimpi yang
sudah mulai basah, dan masih banyak hal lain yang cocoknya dilakukan di malam
hari. Mengungkap tabir kehidupan malam sama halnya mengungkap dunia para
remaja. Karena remaja di zaman globalisasi saat ini yang menyukai kehidupan
malam.
Mereka yang dikatakan remaja
adalah mereka yang mulai menginjak usia 15 tahun sampai 25 tahun, meski usia
tidak sepenuhnya membatasi prilaku bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan
lansia. Biasanya mereka yang telah berumur 25 tahun keatas, sudah berpikir
kedepan, yakni tabungan, pernikahan, cita-cita dan karir. Sedangkan mereka yang
masih dikatakan remaja masih meniti arah dan tujuan hidup ini. Masih ingin
mencoba hal-hal baru dan masih memiliki banyak keinginan birahi yang belum
terpenuhi. Sayangnya terkadang keinginan dan rasa penasaran terhadap sesuatu
itu terlampau jauh dari takarannya. Contoh kecilnya saja, dari merokok dapat
merangsang menghisap ganja, karna tanpa melalui rokok seseorang tidak dapat
menghisap ganja, lanjut shabu dan kokain. Contoh lainnya yaitu dari gaya
pacaran anak masa kini dapat merangsang ke seks bebas dan MBA (Married By
Accident). Bukan hanya lalu lintas yang memiliki rambu-rambu, dalam
pergaulanpun memiliki rambu-rambu. Jika rambu-rambu batas kewajaran wajar sudah
dilanggar, biasanya hal yang tak wajarpun dapat terjadi, kalau sudah terjadi,
mau gimana lagi? Tanggung jawab pribadi.
Pengaruh lingkungan sangat
berperan aktif dalam perkembangan remaja dalam menyikapi kehidupan malam saat
ini. Menurut saya ada empat lingkup yang dapat mempengaruhi perkembangan
remaja, yakni orangtua, teman, masyarakat, dan lingkungan pendidikan. Orangtua
merupakan faktor utama dalam perkembangan remaja dalam menyikapi kehidupan,
karna remaja masih sangat ketergantungan dengan orangtua, seperti rumah, makanan,
uang dan sebagainya. Sudah sepatutnya orangtua memperkenalkan kehidupan malam
kepada anaknya serta dampak negatif gemerlapnya kehidupan malam, karena
presentase orangtua terhadap perkembangan remaja mencakup 40%. Faktor lain yang
juga sangat mempengaruhi perkembangan remaja adalah teman. Teman dalam hal ini
bisa termasuk juga keluarga (kakak/adik) dan bisa juga saudara. Faktor teman
mempengaruhi perkembangan remaja sebanyak 30%, karena masukkan dari teman acap
kali masuk tanpa tersaring lagi dipikiran para remaja. Selanjutnya Faktor lain
yang mempengaruhi perkembangan remaja adalah ruang lingkupnya, yakni
masyarakat. Masyarakat sekitar kehidupan remaja memiliki presentase 20%
terhadap perkembangan remaja. Sebanyak apapun waktu yang mereka buang diluar
selalu tidak luput dari masyarakat sekitar tempat tinggalnya, intensitas waktu
berada di dalam masyarakat tempat tinggal selalu lebih banyak dari waktu mereka
berada di luar. Terakhir faktor ruang lingkup pendidikan (sekolah/kuliah) juga
mempengaruhi perkembangan remaja walau hanya memiliki presentase 10%. Pada
hakikatnya remaja enggan digurui, apalagi dengan guru atau dosen sekalipun,
maka dari itu lingkungan pendidikan tidak terlalu berpengaruh bagi perkembangan
remaja.
Melihat kenyataan yang ada
terhadap remaja kita saat ini, sudah semestinya mereka yang berinteraksi
langsung dengan remaja harus bertindak lebih efektif atas perkembangan remaja,
terutama saat menyikapi kehidupan malam, karena kehidupan malam lebih banyak
digandrungi oleh para remaja ketimbang orang dewasa. Kehidupan malam saat ini
yang terlihat semakin glamour ditengah gemerlap malam menjadi prihatin
semua kalangan. Bagaimana tidak? Kejadian AQJ kemarin tentulah menjadi cambuk pelajaran
bagi semua orangtua. AQJ disinyalir mengemudi dengan kecepatan tinggi bersama
seorang temannya. Saat ini, foto spedometer sedang marak diperbincangkan. Mobil
dilaju dengan kencang saat berkemudi, lalu kemudian teman di samping memfoto
spedometer dan selanjutnya diunggah ke jejaring sosial seperti facebook, twitter,
blackberry messenger, whats app, dll. Untuk dibilang ‘keren’. Sebagai penguat
fakta, pernyataan Al Ghozali (Al/kakak AQJ) disampaikan disalah satu stasiun
televisi swasta: “Dia ngebut, katanya sampai 200 km kalau nggak salah. Pas ngebut
kaget di depan ada mobil, terus banting ke kanan”. Berdasarkan pernyataan Al
tersebut, AQJ disinyalir mencoba memfoto spedometer kendaraan melalui temannya
yang berada di sampingnya untuk diunggah ke dalam jejaring sosial, karena saat
kejadian malam hari, rasa kantuk dan gelapnya malam menambah daya hilangnya
kosentrsi saat mengemudi dan akhirnya kecelakaanpun terjadi. Melihat ulah
remaja seperti ini, orang tua, teman, lingkungan tempat tinggal dari kalangan
artis, dan ditambah pula AQJ sudah lama tidak bersekolah formal, alias homeschooling
sangat mempengaruhi perkembangan mereka.
Sekarang ini sudah saatnya kita
sebagai orang yang paham dan mengerti tentang kehidupan malam cobalah memasuki
kehidupan remaja sebagai teman, sebagai orangtua, agar mereka lebih merasa aman
dan nyaman saat mendengarkan bahasan dari kita. Bukan dengan menasehati apalagi
menggurui dan menceramahi, hanya bertukar informasi dan mengobrol yang memang
sepantasnya sesama teman perbincangkan. Adakalanya orang dewasa harus berperan
sebagai remaja dalam menyikapi kehidupan malam yang penuh kontroversial.
No comments:
Post a Comment