Photograph by +Lieza Azzahra |
Bercerita mimpi, ini mimpi apa
bukan? Habis kamu cepet banget ngilangnya, padahal aku pengen banget nyadarin
kalau aku sedang tidak bermimpi. Padahal sebelum bertemu aku sangat ingin pegang
sebentar saja wajahmu, saat beringin juga memandang pupil matamu, sudah ingin
mengembeng air mataku, kalau bertemumu, tumpahlah semuanya. Lalu kenapa tidak?
Soalnya buru-buru? Pengen cubit pipi kamu, tapi mau colek ajak udah ada yang
menghentikanku, “Jangan, inikan pacar aku!” Tatapanmu juga tidak senyaring
dulu, terlihat wajahnya di matamu, walau aku belum pernah bertemu dengannya,
aku urungkan melihatmu, lebih baik menunduk melihat hal-hal yang berada di
bawah, karena saat itu aku sedang berada di kedalaman, dalam sekali. Ingin
melihat wajah yang ada di depanku, tapi tidak terlihat. Kenapa tidak terlihat?
Hai, mas-mas tolong lihat mata saya, merah nggak? Kalau gitu tolong tiup! Aku
tidak sedang memakai kacamata, lensa juga tidak, apalagi memakai teropong dan
kaca pembesar, orang kamu ada di depan aku kok, terasa banget. Oh, mungkin
terkena kabut? Tapi kita sedang tidak berada di kota cinta yang berkabut. Nah
lo, terhalang apa? Baiklah, coba mengobrol seperti biasa, tapi obrolan kita tak
senyaman dulu, ups maaf seharusnya aku tidak menyebut kata “kita” melainkan aku
dan kamu. Karena kamu punya “dia” dan aku punya “dia”
KOPI, mungkin kopi dapat menjadi
pemersatu lagi, biarlah hanya sekali-kali mataku terbelalak. Kopinya manis,
karna ada temannya, lalu kenapa tiba-tiba menjadi pahit? Karna kamu yang
memaksaku meminum oplosan kopi secara cepat, sampai cegukan di leherku santar
di telinga. Ya ampun, tega banget sih kamu, jadi sedih.... Tapi Tak apalah,
mungkin waktu untukku sudah kamu minimizekan di LCD-mu, jam yang sekarang
menjadi pusat perhatianmu, bukan lagi aku.
#sepertinya aku bermimpi
inagurasi
No comments:
Post a Comment