Kebayang nggak sih kalau pekerjaan kamu mengancam
keselamatan? Begitu pula pekerjaan sebagai wartawan pencari berita, nggak
peduli halang rintang tetap maju demi suatu pemberitaan. Karena kegigihan dan
keuletan mereka sebagai wartawan, nama merekapun dikenal dan masuk ke dalam
sejarah pewartawanan.
MOCHTAR LUBIS
Mochtar Lubis aktif dibidang pers sejak jaman Jepang, beliau
pernah meliput perang Korea tahun 1951. Disamping laporan jurnalistiknya,
beberapa cerpen lahir dari buah pengalamannya di medan perang, karenanya
Mochtar Lubis digolongkan sebagai sastrawan tahun 45. Beliau pernah menjadi
Penanggung Jawab Majalah Horison, Direktur Yayasan Obor, Anggota Dewan Pimpinan
International Press Institute, dan Presiden Press Foundation of Asia.
GOENAWAN MOHAMAD
Sikap kritisnya sebagai seorang jurnalis membuat pendiri
salah satu surat kabar ini di musuhi pemerintahan Soeharto dan sempat
diberhentikan penerbitan surat kabarnya. GM (Goenawan Mohamad) sudah 30 tahun
menggeluti dunia pers Indonesia. Selama itu pula banyak karya yang dihasilkan,
karenanya beliau tercatat sebagai sastrawan orde baru.
SORY ERSA SIREGAR
Wartawan salah satu stasiun televisi swasta, menghabiskan
nafas terakhirnya di umur 52 tahun. Bang Ersa meninggal saat melaksanakan
tugasnya sebagai wartawan, peliputan konflik Aceh 2003 menjadikan liputannya
yang terakhir. Jenazah Bang Ersa dan Fery Santoro (Juru kameranya) ditemukan di
Kuala Maniham, Aceh Timur.
KEVIN CARTER
Pemenang penghargaan fotografi Pulitzer Prize untuk foto
seorang anak dan burung bangkai di Sudan 1994 membuat Kevin dituding lebih
mendahulukan pekerjaan dibandingkan menolong sesama, akibatnya dilema Kevin
antara pekerjaan dan rasa kemanusiaan berkepanjangan dan membuat pria berumur
33 tahun nekat mengakhiri hidupnya di dalam truk di tebing sungai
Braamfonteinspuit, Afrika Selatan.
MIKA YAMAMOTO
Peliputan berita di luar negeri tidak menyurutkan keinginan
wartawan asing untuk mencari berita. Mika Yamamoto, wanita asal Tokyo, Jepang
merupakan jurnalis asing pertama yang tewas di Aleppo, Suriah Utara. Mika dan
seorang temannya tewas setelah terjebak dalam baku tembak antara tentara
pemerintah dan pemberontak di kota Aleppo.
MEUTYA HAFID
Pekerjaannya sebagai wartawan mengancam dirinya dan juru
kameranya, saat Februari 2005. Lebih dari 168 jam ia disekap di Irak saat
bertugas meliput berita untuk salah satu stasiun TV swasta. Pengalaman tersebut
membuanya menjadi penulis buku ‘168 Jam Dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis
yang Disandera di Irak’ dengan kata pengantar langsung dari Presiden RI. Meutya
juga membuktikan bahwa wartawan bukan hanya pekerjaan pria.
JAMES NACHTWEY
Banyak rekan seprofesi menganggap James Nachtwey sebagai wartawan
foto terbaik hingga hari ini. Photographer asal Amerika ini pernah terkena
granat saat meliput daerah Baghdad, saat mendadak sebuah granat dilemparkan ke
arah Natchwey dan Michael Weisskopf (rekan). Ia juga menginspirasikan film “War
Photographer” dan memenangkan Academy Award untuk film dokumenter terbaik.
No comments:
Post a Comment