(sedang menikmati mie)
(masih menikmati mie rebus instant)
(menyodorkan mie ke arah pria itu sambil manggut "tanda pemberian")
(aku ayunkan sesendok demi sesendok ke arah mulutnya, dia sangat menikmati mie yang aku berikan)
Papahku penjual mie rebus instan, kalian bisa membelinya mentah-mentah ataupun matang, tinggal selera kalian saja. “Pah, pria itu minta mie rebus instan berikan semangkuk mie padanya. Dia terus melihat kearahku dan minta mie punyaku” Kataku pada papah
Mamahku adalah assistant papahku, dia yang setiap harinya membantu tugas ayahku. “Bu, rasa mienya enak sekali. Kapan-kapan apakah saya boleh kemari untuk mencicipinya lagi?” (seolah-olah pria itu berbicara kepada ibuku) “Boleh dong, kapan main lagi? Ditunggu ya” balas mamahku.
“Pah, mamah senang dengan pria tersebut” ucap mamahku kepada papah”
#pria tampan itu pergi meninggalkan rumahku di persimpangan jalan
Pria di ujung sana sepertinya
tampan, diam pandangi aku nan jauh di sini. Kenapa ya tatapannya tidak pernah
usai, masih pandangi aku terus tanpa berkedip.
(masih menikmati mie rebus instant)
Pria itu diam-diam mendekat tanpa
tersadar jaraknya tidaklah jauh dari jarakku berdiam. Tampaknya makin jelas,
makin putih makin terasa mengenalnya. Pria itu masih tidak berkedip melihatku
seolah-olah ia menikmati sekali mie yang aku makan.
(menyodorkan mie ke arah pria itu sambil manggut "tanda pemberian")
Pria itu langsung menghampiri dan
mendekat, begitu dekat hingga wajahnya jelas berada di depan wajahku, kita
saling menatap
(aku ayunkan sesendok demi sesendok ke arah mulutnya, dia sangat menikmati mie yang aku berikan)
Aku memang pelit untuk permasalahan mie, aku hanya
memberikan kuah dari mie tersebut. Pria itu tidak komplain, bahkan dia sangat
menikmati kuah yang aku berikan, dan seolah-olah bertanya: “beli dimana?”
(aku dan pria itu sama-sama
membisu, yang menghubungkan hanya isyarat tubuh)
Papahku penjual mie rebus instan, kalian bisa membelinya mentah-mentah ataupun matang, tinggal selera kalian saja. “Pah, pria itu minta mie rebus instan berikan semangkuk mie padanya. Dia terus melihat kearahku dan minta mie punyaku” Kataku pada papah
Mamahku adalah assistant papahku, dia yang setiap harinya membantu tugas ayahku. “Bu, rasa mienya enak sekali. Kapan-kapan apakah saya boleh kemari untuk mencicipinya lagi?” (seolah-olah pria itu berbicara kepada ibuku) “Boleh dong, kapan main lagi? Ditunggu ya” balas mamahku.
“Pah, mamah senang dengan pria tersebut” ucap mamahku kepada papah”
(papah manggut dan itu berarti
iya)
(Aku masih memegang semangkuk mie punyaku dan berpikir apa yang sedang mereka lakukan. Siapa pria itu? Apakah aku mengenalnya?)
(Aku masih memegang semangkuk mie punyaku dan berpikir apa yang sedang mereka lakukan. Siapa pria itu? Apakah aku mengenalnya?)
#pria tampan itu pergi meninggalkan rumahku di persimpangan jalan
No comments:
Post a Comment