Pada suatu masa, hiduplah seorang putri raja bernama putri
Intan. Ayahnya adalah raja Kerajaan Kalang yang teletak di Kalimantan Tengah.
Putri Intan merupakan seorang putri yang jujur, rendah hati, sabar, penyayang,
dan hormat pada yang tua. Tak heran seluruh masyarakat Kerajaan Kalang
mencintai Putri Intan. Namun sayang, ada seorang dayang yang sangat
membencinya. Dayang itu iri akan akan perhatian yang didapat putri Intan,
sehingga ia melaksanakan suatu muslihat jahat agar dapat membuat Putri Intan
terusir dari kerajaan.
Dayang itu menyebarkan fitnah tentang putri Intan kepada
masyarakat, iya menyampaikan bahwa putri Intan selalu memperlakukan dirinya
dengan semena-mena. Secara cepat fitnah itu menyebar keseluruh penjuru negeri
sehingga rakyat terhasut oleh berita itu. Tak hanya menghasut rakyat, dayang
itu pun menghasut raja, dengan mengatakan bahwa diam-diam putri Intan telah
memeras rakyat.
“Tak sepantasnya putri sorang raja melakukan hal tersebut,
Baginda. Apa yang dilakukannya telah membuat malu kerajaan. Lebih baik ia
diusir saja keluar dari istana” hasut dayang itu.
Sayang,
raja pun termakan fitnah yang terus menerus dilakukan si dayang. Putri Intan
merasa heran dengan perubahan sikap ayahnya. Berkali–kali ia bertanya apa
yang salah dengan tingkah lakunya. Hingga pada suatu hari, dengan penuh
kemarahan, akhirnya raja mengusir Putri Intan keluar dari istana.
“Tak
pantas kau sebagai putri Raja melakukan pemerasan terhadap rakyat! Membuat malu
kerajaan ini! Pergi dari istana sekarang juga!” Seru raja dengan marah.
Putri
Intan sangat terkejut mendengar kata–kata ayahnya. Air matanya bercucuran, ia pergi meninggalkan istana. Sambil berdoa ”Ya Tuhan, tunjukanlah
padaku siapa yang telah menyebarkan fitnah ini.”
Karena
seluruh negri telah membencinya, putri Intan tinggal menyepi di pinggir hutan.
Ia hidup dari buah–buahan dan sesekali berburu binatang.
Suatu
kali, Putri Intan pergi berburu agak jauh ke dalam hutan. Semakin ke dalam,
hutan semakin gelap. Tiba – tiba ia mendengar suara tertawa tertahan di
belakangnya, “Hihihi....” Dengan sangat terkejut, putri Intan berbalik. Ia
berhadapan dengan seorang nenek tua. Rupanya nenek itu adalah seorang nenek
sihir yang baru selesai bertapa. Melihat seorang gadis sendirian , nenek itu
ingin mencoba ilmu yang baru didapatnya.
Tanpa
menghiraukan penolakan putri Intan, nenek itu menyihirnya menjadi seekor burung
tinggang.
“Sihir
ini akan hilang jika ada pemuda yang
mengembalikanmu ke Istana,” Ujar sang nenek sambil berlalu pergi.
Putri
Intan yang telah menjelma menjadi seekor burung Tinggang hanya bisa terbang
kesana kemari sambil berkicau. Sejak itu, burung Tinggang tinggal di tengah
hutan. Ia terbang dari suatu pohon kepohon lain untuk mencari makanan.
Naas,
suatu hari ia terjebak sebuah perangkap di pohon. Walau telah berusaha keras
mengepakkan sayap, burung Tinggang tak dapat jua melepaskan diri. Ia pun hanya
bisa pasrah.
Tiba–tiba terdengar suara ranting pohon yang terinjak. Lama–lama semakin dekat.
Mendengar itu, burung Tinggang segera berkicau keras–keras untuk menarik
perhatian. Tampak seorang pemuda membawa keranjang bertutup. Pemuda itu bernama
Dohong. Rupanya dialah pemilik perangkap itu. Saat melihat perangkapnya berisi
burung, Dohong sangat gembira dan segera mengambil burung itu. Didengarnya
burung itu berkicau sangat merdu, bulunyapun indah. “Kubawa saja ke rumah untuk
kupelihara,” pikirnya.
Setiap
hari dohang pergi ke hutan untuk memasang perangkap dan memeriksanya. Siang
itu, ia pulang dari hutan. Betapa terkejutnya Dohang saat melihat di atas meja
sudah tersaji makanan lengkap siap disantap. Tak ada siapapun di rumah selain
dia. Dengan penuh keheranan, ia memakan sajian tersebut. Hal ini berlangsung
terus beberapa hari.
Karena
ingin tahu siapa yang menyiapkan makanan itu, suatu hari Dohonh pura–pura
pergi kehutan. Namun sesampainya di ujung jalan, ia kembali berbalik menuju
rumah. Ia mengintip ke dalam rumah diam–diam. Ia melihat asap tebal muncul
dari sangkar burung tempat burung Tinggang dipelihara. Tiba–tiba dari balik
asap tersebut tampak seorang gadis! Segera Dohong menghampirinya.
“Siapa
kamu dan dari manakah kamu berasal?” Tanya Dohong.
“Maaf
tuan, saya putri Intan dari Kerajaan Kalang. Saya diusir ayah dari istana. Di hutan saya disihir oleh
seorang petapa hingga menjadi burung”.
Putri Intan menceritakan semua yang telah dialaminya. Ia pun
mengatakan bahwa sihirnya akan hilang jika ada ada yang membawanya kembali keistana.
Dohang
setuju untuk membawa putri Intan ke istana. Sepanjang perjalanan, putri Intan
tak lagi berubah menjadi burung. Pengaruh sihir itu telah benar–benar hilang.
Di istana Dohong menceritakan pengalamannya bersama putri
Intan kepada Raja. Raja kalang akhirnya menyadari bahwa putrinya telah
difitnah.
Raja menyelidiki siapa yang telah menyebarkan fitnah
tersebut. Tertangkaplah dayang yang telah memfitnah putrinya. Raja Kalang
memberinya hukuman yang berat, dimasukkan ke dalam penjara.
“Maafkan
ayah, putriku. ayah telah khilaf mempercayai kata–kata orang lain dan tidak
menanyakan kebenarannya kepadamu,” kata raja kepada putri Intan. Putri Intan
telah memaafkan ayahnya, dan merekapun kembali hidup bahagia di istana bersama
Dohong yang dinikahkan dengan putri Intan.
#Cerita Rakyat
No comments:
Post a Comment