photograph by +Ray Sahafiz |
Aku hanya ingin berbagi
pengalaman. Aku ingat sewaktu aku sekolah dasar dulu, aku ingat pelajaran
Bahasa Indonesia yang membahas suatu pribahasa yang aku pahami sejak lama, dan
ku tanam dalam benakku. “Karena setitik nila, rusak susu sebelangga” yang
artinya "karena setitik kejahatan, rusak seribu kebaikan”. Akan tetapi pribahasa
itu hilang dengan beriringnya waktu, berjalannya kedewasaan pada diriku. Bagiku
setitik kekecewaan tidak boleh merusak sejuta kebahagiaan dari orang terkasih.
Itu adalah sebagian dari suatu kekhilafan pada umat manusia, dan itu adalah
suatu kewajaran pada manusia normalnya. Bukankah memang tidak adanya di
dunia ini makhluk sempurna? bukankah kesempurnaan hanyalah milik Allah dan Rasulnya?
Bukankah manusia tempatnya salah dan dosa?
Kematangan diri seseorang terlihat dari ucapan dan tingkahnya. Cara melihatnyapun tidak dapat berlangsung hanya satu menit, jam, hari, tapi butuh beberapa waktu. Keputusan adalah pilihan dalam hidup yang nantinya semua manusia pasti memiliki keputusan, namun keputusan itu tidak dapat diambil dengan cepat, tidak semudah mengatakan persahabatan sebagai pertemanan, karena
keduanya berbeda.
Teman sejati, selalu bertanya sebelum aku bicara “ini
masalahku”.
Sahabat sejati, sudah meletakkan pundaknya sebelum aku meminjamnya.
Dia yang sejati, menghapus sebelum air mataku terjatuh
#terimakasih untuk para sejati
No comments:
Post a Comment