Sunday 1 April 2018

LDR


Hmmm…. Dua pekan sudah saya lewati hari-hari hanya dengan si buah hati. Ayah sedang kerja di Eropa berbeda benua dengan saya Asia. Doakan saja semua cita-citanya tercapai, nggak lama kok, Desember pertengahan juga sudah pulang. Doakan saja musim dinginnya cepat dan lebih lama, jadi ayah pulangnya rada cepat dan rada lamaan liburnya. Lumayan sudah banyak yang menanyakan kemana ayah, sudah lama tak terlihat, jadi terpaksa saya jujur bahwa ayah sedang bekerja di luar negeri. Banyak yang complain, banyak yang menggunjing, mencibir, tetapi ada beberapa dari mereka juga yang menyemangati. Katanya, eric mah kalem, percaya aja dia di sana nggak nakal. Amiiin ya ay. Kalau kata-kata negative yang lain sengaja nggak saya paparkan di sini.
Hellow, sekarang jaman now bukan jaman old yang kalau ditinggal suami ke luar negeri bertahun-tahun, tiba-tiba tuh suami pulang sudah kawin lagi. Sekarang jaman now yang tiap hari tuh suami bisa dilihat, pakai WA, Skype, FB, Line, WeChat, dll jejaring socmed lainnya. Lagian ayah ke Eropa cuma 9 bulan, bukan bertahun-tahun lamanya. Lumayan tiap pagi saya cuma urus anaknya, libur 9 bulan ngurusin ayahnya, tiap malem juga nggak ada yang ganggu tidur, eh kalau yang ini perlu di skip :)
Di Eropa ayah kerja, bukan travelling atau senang-senang buat ngepost ke berbagai social media (namanya juga ayam kremes (ayah muda bikin gemes) jaman now). Ayah kerja Cuma 1 hari libur dalam 2 minggu, saya salut itu. Kalau bukan karena hobby pasti ayah sudah nggak kuat kerja di sana. Saat kerja di Indonesia pun dari pertama kami nikah ayah nggak pernah absen buat kerja walaupun sedang sakit. Pernah ayah diopname di RS dan di operasi, tapi ayah malah ambil cuti, padahal kalau izin sakitpun dimaklumi. Itulah ayah yang aku kenal, (mungkin orang tidak percaya saat melihat fisiknya) hehehe….pisss ya ay.
Saya yakin semua pengorbanan itu ada hasilnya, dan saya yakin menjadi sukses itu butuh perjuangan. Pernah dengar orang bilang “kalau mau gaji gede tinggal kerja di luar negeri” Ya memang kerja di luar negeri gajinya besar, tapi untuk kerja diluar negeri sesuai hobby tidak semudah yang kalian bayangkan, bisa saja saya mendapatkan gaji 2x lipat dengan menjadi ART, baby sister, supir, admin, dll. Dan ayah kerja di luar negeri bukan hanya semata-mata mengharapkan gaji yang berkali-kali lipat sebagai karyawan, tapi setibanya di Indonesia diharapkan jabatannya nanti meningkat, hitung-hitung sekalian menuntut ilmu (belajar masakan western) biar kalau sudah pensiun giliran ayah yang buka usaha dan punya karyawan, bukan lagi sebagai karyawan, amiiin ya ay.
Menurut saya mumpung baru punya anak satu, mumpung anaknya belum nangis dan nyariin kalau ditinggal ayahnya, apa salahnya si ayah mengejar karir? Toh bukan istri yang mengejar karir ini, istri cukup diam di rumah dan mendoakan supaya ayah tetap dijaga iman, islam, dan ihsannya dalam sehat walafiat, amiiiin ya ay. Kalau dibilang tidak sedih dan tidak hawatir, namanya saya munafik. Siapa yang tidak sedih ditinggal ayah untuk kerja jauh berbulan-bulan? Tapi dibalik kesedihan saya bangga punya ayah yang bisa go international. Semua manusia pasti punya tujuan dalam hidup, dan untuk mencapai tujuan tersebut ada pilihan jalan, right or left? Semoga kita semua dimudahkan dalam jalan menuju kesuksesan dunia dan akhirat, amiiiin....