Sunday 15 May 2011

Pesan yang dapat diambil dalam “Dia, Tanpa Aku” dari Esti Kinasih

1. PENDAHULUAN
Dia, Tanpa Aku adalah novel keempat Esti Kinasih. Ketiga novel sebelumnya juga novel remaja. Esti Kinasih lahir di Jakarta, 09 September 1971. Dilihat dari tahun kelahirannya, Pengarang sudah menduduki kedewasaan. Mungkin karena pengarang memiliki jiwa muda, maka pengarang sangat menyukai membuat novel-novel yang bertajuk remaja. Penerbit dalam novel tersebut adalah PT Gramedia Pustaka Utama. Kekhasan penerbit adalah banyaknya mengeluarkan novel yang bertajuk teen lit. Maka novel tersebut tidak salah kalau dinilai novel remaja, karena keterkaitan antara pengarang dengan penerbit sangat erat. Pengarang adalah penulis novel yang biasa menulis cerita tentang remaja, dan penerbit adalah penerbit buku-buku yang biasa menerbitkan novel-novel yang bertajuk remaja.
Topik adalah sesuatu yang melingkupi isi cerita. Topik yang saya ambil dari membaca novel tersebut adalah Cinta dan Kasih Sayang. Tema adalah gagasan dasar yang menopang isi cerita. Tema yang saya ambil dari membaca novel tersebut adalah Penantian Cinta Yang Hilang Dalam Kematian. Judul adalah identitas buku untuk menarik pembaca. Suatu buku akan laris di pasaran karena judul yang menarik dapat dibenarkan. Judul yang pengarang berikan adalah Dia, Tanpa Aku. Dari Judul tersebut, pembaca dapat menarik kesimpulan bahwa isi novel tak terlepas dari rasa kehilangan, kesedihan, kekecewaan, kekhawatiran.
2. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang diajukan dalam tulisan ini adalah bagaimanakah struktur penyampaian pesan di dalam novel tersebut? Caranya hanya dengan menerkaitkan antar unsur dalam karya tersebut.
Bagaimana pesan yang disampaikan pengarang? Apakah sampai atau tidak atau tidak ke telinga pembaca? Apakah pesan-pesan yang disampaikan pengarang mempunyai nilai-nilai baru yang dikembangkan pengarang?
Relevansikah novel tersebut dalam kehidupan remaja sekarang?
3. ANALISIS PESAN
Fungsi utama karya sastra adalah untuk melukiskan, mencerminkan kehidupan manusia, sedangkan kehidupan manusia itu sendiri selalu mengalami perkembangan. Dalam hubungan inilah diperlukan genre yang berbeda, dalam hubungan ini pula diperlukan teori yang berbeda untuk memahaminya.
Sesuai dengan artinya, Struktur adalah pengaturan unsur atau bagian suatu benda. Maka saya akan mengaitkan antar unsur dalam karya tersebut demi mendapatkan pesan dari novel tersebut. Saya mengangkat hal yang melatar belakangi novel tersebut, pertama dari tokoh. Tokoh adalah pelukisan gambar yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam cerita. Tokoh yang dihadirkan pengarang dalam novel tersebut rata-rata remaja. Tokoh yang digunakan pengarang adalah tokoh adik dan tokoh kakak. Tokoh adik dan kakak tak terlepas dari kata keluarga, dan keluarga pada dasarnya saling menyayangi. Maka tema kasih sayang sangat-lah cocok untuk novel ini. Selain tema kasih sayang, tema cinta menjadi prioritas utama dalam novel ini. Tokoh yang dihadirkan pengarang bermacam-macam genre, ada feminin dan maskulin. Jika genre ini dipertemukan tidak ada ketidakmungkinan terjalinnya cinta dari masing-masing tokoh tersebut. Kasus remaja yang sering terjadi adalah sebuah jalinan cinta, maka penulis tepat menghadirkan tema tersebut ke dalam cerita remaja yang dibuatnya memang untuk remaja. Karakter remaja yang telah dihadirkan pengarang membangun sebuah tema.
Alur (plot) adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita. Alur (plot) yang disajikan pengarang adalah maju dan mundur. Maka terjadi ingatan kejadian sebelumnya, dan itu yang membuat tokoh dalam novel tersebut plin-plan dalam bersikap dan tingkah laku. Maka tidak heran apabila watak tokoh yang dihadirkan pengarang dalam novel tersebut adalah plin-plan dan egoistis yang tinggi. Dengan kata lain alur dalam novel ini membangun karakter tokoh.
Latar adalah tempat, waktu, lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar dalam novel ini sangat banyak. Tetapi yang sering ditampilkan adalah Sekolah dan Rumah. Sekolah tempatnya kegiatan, sedangkan rumah adalah tempatnya istirahat dan memikirkan kehidupan sejenak. Tempat berpikir yang menyeluruh adalah di rumah, tepatnya di kamar. Tempat semua pikiran dan kesadaran menerpa. Tokoh Reinald langsung menjadi penakut setelah menyadari bahwa dirinya salah. Akhirnya timbul imajinasi seseorang. Maka dalam novel ini tema mistik terjadi, tepatnya sewaktu Reinald berada di rumah. Dapat disimpulkan bahwa latar mempengaruhi tema dan karakter dalam novel.
Waktu yang sering ditampilkan pengarang adalah siang dan malam hari. Peristiwa yang sering terjadi di siang hari adalah kesenangan dan memikirkan duniawi, sedangkan peristiwa yang sering terjadi di malam hari adalah peristirahatan dan ketenangan. Pengarang menjelaskan secara mendetail dari kehidupan remaja yang lebih sering melakukan kesenangan. Terkait dengan nilai-nilai yang baru dikembangkan pengarang adalah kematian, kehidupan remaja yang dilihatnya sekarang penuh dengan kesenangan, maka pengarang menyentuhnya dengan maut. Pengarang mematikan tokoh utama pada malam hari secara tiba-tiba dan tidak dapat diduga sebelumnya. Dalam novel tersebut, pengarang ingin mengingatkan kepada remaja sekarang tentang kematian, karena maut datang kapan saja dan di mana saja. Dapat dirasakan latar dalam novel tersebut mempengaruhi peristiwa dalam novel.
Sudut pandang adalah cara pandang yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk membentuk sebuah cerita. Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel tersebut adalah dia-an terbatas. Pengarang hanya menjelaskan sisi luar tokoh dan tidak menjelaskan isi pikiran tokoh. Terlihat dari kata yang sering dijumpai saat pendeskripsian adalah “sepertinya”, kata yang berarti ketidakpastian dan mengira-ngira. Maka wajar didapati pikiran ketidakpastian dalam tokoh. Sudut pandang ini terkait dengan watak tokoh yang tidak digambarkan secara detail oleh pengarang. Maka dalam hal ini sudut pandang mempengaruhi karakter.
Peristiwa yang dihadirkan pengarang berbeda dari cerita remaja lainnya, pengarang mengangkat hal-hal yang baru yang sempat terlupakan dari remaja sekarang, yaitu kematian. Dalam masalah ini, pengarang membrikan nilai yang berbeda (yang baru) untuk dunia remaja sekarang ini. Novel remaja yang terbit sebelum novel ini masih wajar membahas tentang kematian, karena hal itu masih dapat dirasakan remaja pada saat itu. Tetapi justru kejadian tragis itu kembali lagi dihadirkan pengarang dalam novelnya, itu adalah suatu yang sangat memperbaharui dunia remaja saat ini. Dapat dilihat bahwa peristiwa membangun nilai-nilai baru terhadap karya.
Gaya Bahasa adalah sarana yang diolah untuk dijadikan sebuah cerita. Gaya Bahasa yang disampaikan pengarang serius tetapi tetap dilengkapi dengan humor. Bahasa yang digunakan banyak sekali bahasa prokem dan bahasa asing lainnya. Mungkin dapat dilihat dari kota kelahiran pengarang yang menetap di Jakarta, maka bahasa yang dipakai dalam dialog novel ini adalah “gue” dan “elo” dan bahasa Inggris wajar hadir dalam novel tersebut. Terkait dalam nilai-nilai remaja sekarang tidak jauh dari yang namanya trend. Bahasa yang digunakan dapat juga pengarang melihatnya dari trend remaja saat ini, khususnya di kota Jakarta. Kota yang banyak dilingkupi oleh trend dan performance.
Dilihat dari semua unsur yang dikaitkan, pesan yang disampaikan pengarang tidak langsung dihadirkan pengarang. Ini salah satu yang membuat novel tersebut memenuhi kriteria remaja, yaitu adanya pesan yang tidak menggurui dalam novel tersebut. Walaupun pesan tidak langsung dihadirkan pengarang, tetapi pesan yang disampaikan pengarang dapat langsung masuk ke telinga pembaca.
Novel ini sangat relevan dengan remaja sekarang, pengarang memberikan nilai-nilai baru terhadap perkembangan remaja sekarang ini. Novel ini sangat meremaja, karena semua persyaratan dari cerita remaja telah dihadirkan dalam cerita tersebut.
4. KESIMPULAN
Yang membuat novel tersebut menarik perhatian pembaca, khususnya remaja adalah pengarang menyentuh peristiwa dunia dengan maut secara tiba-tiba. Khususan pengarang menyentuh tema cinta dengan kematian. Hal ini mungkin dilakukan pengarang dikarenakan remaja sekarang ini lebih banyak memikirkan dunia dari pada akhirat. Novel tersebut memiliki kemampuan menarik pembaca dikarenakan tema tersebut. Tema cinta yang dihadirkan paling utama dalam novel sangatlah tepat karena remaja sekarang sangat menyukai tema tersebut, dan presentasenya mencapai 90%. Adapun struktur penyampaian pesan di dalam novel tersebut adalah dengan menghadirkan nilai-nilai baru dalam cerita tersebut, dapat dilihat dari tokoh dan peristiwa-peristiwa dalam cerita.
5. DAFTAR PUSTAKA
Kinasih, Esti. 2008. Dia, Tanpa Aku. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Dawud. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga
Kutha Ratna, Nyoman. 2007. Teori, metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pusaka Pelajar
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

No comments: