Friday 13 May 2011

TREN DALAM REMAJA



PENGANTAR

Remaja sangat banyak minat dan ketertarikannya terhadap suatu hal, apa pun itu. Kenapa? Karena remaja masih dalam masa transisi yang sangat tidak terlepas dari persoalan selera. Apa sih yang mempengaruhi selera remaja? Tak lain adalah terpengaruh budaya asing, lingkungan dan televisi.
Tren, suatu hal yang terdengar akrab sekarang-sekarang ini. Apa pun yang kita lakukan tak luput dari persoalan tren. Sebenarnya, apa sih yang sangat mendekatkan kita dengan tren itu sendiri? Ya, lebih tepatnya televisi. Televisi dengan public figure yang mencontoh dari budaya asing dapat memberikan pengaruh yang sangat besar kepada penikmatnya. Televisi memberikan selera yang sangat baik kepada penikmatnya. Dari iklan dan film yang sering kita lihat dan dengar, kita dapat menciptakan tren itu sendiri. Lewat sajian televisi, kita dapat langsung menyerapnya, kemudian mencontohkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik dari persoalan gaya bahasa, pakaian dan sebagainya. Dan remaja tidak lepas dari persoalan seks, sport and style. Lihat saja tayangan televisi yang tidak pernah luput dari persoalan tersebut.

Semua yang kita lakukan sekarang tidak dapat dipungkiri meniru budaya asing yang kita beri nilai plus. Dari warna kulit yang putih, rambut yang pirang, bola mata yang berwarna, tinggi badan yang ideal, pakaian yang serba terbuka. Itu adalah sekian dari banyaknya budaya asing yang telah berhasil kita tiru dengan berbagai macam cara. Terbukti dari banyaknya kosmetik yang menjanjikan kulit putih, cat rambut dan contac lens dengan berbagai macam warna, obat peninggi badan, dan pakaian tentunya dengan berbagai macam pola terbuka. Dan hal semacam itu kita dapatkan dari iklan yang dibintangi oleh remaja dan menjanjikan berbagai macam perubahan fisik.
Dari sinilah sastra remaja akan mengungkap hal-hal yang terjadi pada remaja sekarang ini. Tentunya dengan novel-novel remaja yang dihadirkan. Dan saya akan membahas tren dalam sastra remaja indonesia.

TREN DALAM SASTRA REMAJA

Sastra adalah suatu seni bahasa yang mengungkapkan aspek kehidupan sosial, budaya, agama, yang diapresiasikan dalam bentuk lisan dan tulisan. Sastra remaja adalah sastra yang ditujukan untuk remaja, dengan tema yang meremaja, dan tokoh yang rata-rata remaja. Salah satu novel yang saya tawarkan di sini adalah novel remaja karangan Esti Kinasih yang berjudul Dia, Tanpa Aku.
Satu adegan yang apabila saya bertemu dengan tokoh Citra, saya akan menyampaikan “Bagimana keberhasilan lulur dan masker mu?” Bukan hanya tokoh Citra yang mengalami hal serupa, kita pun pasti pernah melakukan hal serupa. Masker dan lulur dapat menjadi faktor keberhasilan kita dalam bertemu seseorang. Pada hal kalau di pikirkan secara logis, apa ada masker dan lulur yang dapat menjadikan kulit kita berbeda dari yang sebelumnya dengan hanya sehari pemakaian? Balik lagi kepersoalan budaya asing, orang asing kebanyakan memang pada dasarnya kulit mereka putih karena faktor iklim dan genetik yang berbeda. Kita yang melihat hal itu sebagai nilai plus dari public figure yang kita lihat di televisi, juga akan mengikuti hal serupa yang harus diikuti.
Hal yang pada dasarnya masih tabu dilihat, kenyataannya memang sekarang sudah tidak asing lagi. Dalam cerita ini, Reinald mencium kepala Citra di depan teman-temannya dengan tanpa rasa segan sedikit pun dan teman-teman sekelasnya justru meneriakkan bahwa hal yang semacam itu adalah “BASI..!!” Pandangan saya sekarang, kalau hal yang seperti itu dianggap basi (ketinggalan), lalu yang terjadi sekarang seperti apa cara berpacaran remaja sekarang yang sudah mengikuti pola pacaran orang asing? Di ruangan terbuka dengan dilihat orang lain saja, remaja tidak segan-segan memperlihatkan cara berpacarannya. Lalu, bagaimana di ruangan tertutup dengan tidak terlihat orang lain? Dan remaja, sangat terkait dengan seks.
Style, menjadi modal utama bagi Ronald untuk berkenalan langsung dengan Citra. Ronald menganggap dengan kemeja yang ia lihat diiklan ia akan terlihat lebih menarik perhatian Citra, karena yang dijanjikan iklan juga seperti itu. Dengan itu, tidak peduli menghabiskan uang berapa pun, yang penting ia harus berpenampilan yang menarik. Ya, remaja sekarang sangat terikat dengan style yang mereka contoh dari public figure. Lihat saja banyaknya media yang memuat banyak iklan dengan tawaran merubah style. Iklan sandal, jam tangan, baju, celana, dan aksesoris lainnya dengan memakai remaja sebagai contohnya.
Tak terlepas dari itu semua, sport juga disinggung dalam novel ini. Dalam satu cerita Citra bukanlah orang yang jago dalam bidang olahraga kecuali lari. Dan remaja, sangat terkait sekali dengan sport. Ini akan terlihat pada fenomena sekarang, yaitu merebaknya lapangan Futshal di mana-mana. Bagi kalangan pembisnis, bola adalah olahraga paling diminati remaja sekarang ini. Bukan hanya pria, tapi juga wanita. Dapat kita lihat dari adanya suporter bola yang berjenis kelamin wanita. Maka dari itu pengarang menghadirkan sport dalam ceritanya, meskipun hanya sedikit.
Persoalan bahasa, novel ini memakai bahasa sehari-hari remaja (bahasa gaul) di setiap percakapannya.
“Namanya Citra Devi. Kelas tiga SMP. Pelajaran yang disenengin biologi sama matematika. Warna favorit: Biru. Olahraga yang disenengin: nggak ada. Jadi kalo lagi jam olahraga, tu cewek lebih sering nongkrong-nongkrong atau ngisengin temen-temennya. Gue pernah merhatiin, maen basketnya parah banget. Main volinya kacau, dan main bulutangkisnya asal. Satu-satunya olahraga yang dia jago Cuma lari. Tu cewek cepet banget larinya. Apa karena dia suka ngisengin orang ya? Jadi kudu bisa lari cepet biar nggak dijitakin rame-rame.”
Dan mendeskripsikan dengan bahasa yang sesuai dengan EYD.
Panas matahari siang ini sebenarnya bisa membuat cucian basah di jemuran kering dalam sekejap. Tapi Andika mengiyakan juga ajakan Ronald untuk melihar Citra. Cewek itu sudah diincar Ronald sejak dua bulan lalu. Sayangnya, Citra masih kelas tiga SMP, jadi Ronald belum mau PDKT. Ia menunggu Citra masuk SMA .
Kembali ke tren, pengarang dan penerbit hanya mengikuti tren yang terjadi di kalangan remaja sekarang ini. Hampir dari sekian banyaknya remaja di Tanah Air tidak dapat berbahasa Indonesia yang benar. Itu disebabkan pemakaian bahasa sehari-hari (bahasa daerah) yang dibiasakan sejak dini. Apa lagi sekarang ini, remaja sangat menyukai pencampuran bahasa asing dengan bahasa Indonesia, lagi-lagi karena tren. Tren yang mereka lihat dari public figure mereka yang sering tampil di televisi, membuat mereka ikut-ikutan mencontoh pola hidup mereka sampai sangat mendetail.

KESIMPULAN

Dari sastra remaja, kita dapat menangkap apa yang sebenarnya terjadi. Tapi buruknya sastra remaja adalah mengikuti keinginan remaja tanpa bertanggung jawab dengan perkembangan remaja. Karena kenyataannya, tren remaja saat ini kurang positif. Seharusnya sastra remaja lah yang merubah tren remaja sekarang ini dengan berbagai macam cara dan cerita yang bertolak belakang dengan tren remaja yang dianggap kurang positif sekarang ini. Tetapi lagi-lagi penerbit selalu memikirkan materi. Kalau mereka mengeluarkan novel yang bertolak belakang dengan kehidupaan remaja sekarang, otomatis royality yang mereka dapatkan juga akan menurun.

No comments: