Saturday 14 May 2011

TREN PENGANTAR SEKS BEBAS


(“Manusia pada dasarnya dapat menerima perubahan sekalipun kecepatan menerima seseorang berbeda-beda. Yang terjadi sesungguhnya, manusia itu enggan “dirubah” bukan enggan “berubah”. Pada dasarnya semua manusia itu pasti menginginkan perubahan pada dirinya, tetapi mereka tidak ingin diubah”.)

Remaja sangat banyak minat dan ketertarikannya terhadap suatu hal, apa pun itu. Kenapa? Karena remaja masih dalam masa transisi yang sangat tidak terlepas dari persoalan selera. Apa sih yang mempengaruhi selera remaja? Tak lain adalah terpengaruh budaya asing, lingkungan dan televisi.

Tren, suatu hal yang terdengar akrab sekarang-sekarang ini. Apa pun yang remaja lakukan tak luput dari persoalan tren. Sebenarnya, apa sih yang sangat mendekatkan remaja dengan tren itu sendiri? Ya, lebih tepatnya televisi. Televisi dengan public figure yang mencontoh dari budaya asing dapat memberikan pengaruh yang sangat besar kepada penikmatnya. Televisi memberikan selera yang sangat baik kepada penikmatnya. Dari iklan dan film yang sering kita lihat dan dengar, kita dapat menciptakan tren itu sendiri. Lewat sajian televisi, kita dapat langsung menyerapnya, kemudian mencontohkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik dari persoalan gaya bahasa, pakaian, dan sangat tidak lepas dari persoalan seks. Lihat saja tayangan televisi yang tidak pernah luput dari persoalan tersebut.
  
Semua yang kita lakukan sekarang tidak dapat dipungkiri meniru budaya asing yang kita beri nilai plus. Mulai dari warna kulit yang putih, rambut yang pirang, bola mata yang berwarna, tinggi badan yang ideal, pakaian yang serba terbuka, sampai cara berpacaran yang “extreme”. Dari sekian banyaknya budaya asing yang telah berhasil remaja tiru dengan berbagai macam cara, terbukti dengan banyaknya kosmetik yang menjanjikan kulit putih, cat rambut dan contac lens dengan berbagai macam warna, obat peninggi badan, pakaian tentunya dengan berbagai macam pola terbuka, dan cara berpacaran yang melanggar nilai dan norma masyarakat kita.

Padahal, dari begitu banyaknya kebudayaan asing yang kita serap banyak sekali mendorong ke arah negativ dan menyimpang (deviance) dengan nilai dan norma sosial, dalam hal ini seks bebas. Penyimpangan ini terjadi jika seseorang atau sebuah kelompok tidak mematuhi standar yang dianggap baku dalam masyarakat. Menurut James. W. Van der Zanden, penyimpangan perilaku merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal tercela dan diluar batas toleransi. Ukuran perilaku menyimpang bukan pada ukuran baik buruk atau benar salah, melainkan berdasarkan ukuran norma dan nilai sosial suatu masyarakat.

Remaja sekarang ini banyak sekali melakukan kenakalan-kenakalan remaja, khususnya dalam bentuk pergaulan bebas. Menurut Simandjuntak kenakalan remaja adalah semua perbuatan anak remaja yang berlawanan dengan ketertiban umum (nilai, perilaku yang diakui bersama) yang ditujukan kepada orang, binatang, dan barang-barang yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pada pihak lain. Kenakalan remaja, pada khususnya cara berpacaran yang tidak sewajarnya membawa beberapa faktor yang dapat menyebabkan perilaku remaja tersebut berubah. Kerugian tersebut bukan hanya terletak pada remaja itu sendiri, tapi juga lingkungan sekitar tempat pelanggar itu berada.
Penyalahgunaan seks merupakan bentuk penyelewengan terhadap nilai dan norma sosial maupun agama, akibatnya berdampak pada kesehatan fisik dan mental seseorang. Pergaulan bebas yang menyimpang ini lebih banyak terjadi pada kaum remaja, karena perkembangan emosi mereka yang belum stabil, cenderung ingin mencoba-coba suatu hal, kepribadian yang senderung asosial (tidak mempertimbangkan orang lain), depresi, keluarga tidak harmonis, dan lain-lain. Menurut Dr. Graham Baliane, kaum remaja lebih mudah terjerumus pada pergaulan bebas karena faktor:
1.      Menganggap pergaulan bebas sebagai tren
2.      Ingin membuktikan keberanian dan jati diri
3.      Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman emosional
4.      Menghilangkan kegelisahan
5.      Didorong rasa ingin tahu dan iseng

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia melakukan penelitian terhadap perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun. Penelitian dilakukan terhadap 450 remaja dari Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama. Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual mereka. Alasan para remaja melakukan hubungan seksual tersebut adalah karena semua itu terjadi begitu saja tanpa direncanakan.

Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih dominan dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks ini, karena dia juga mentransformasi dari teman yang lainnya.

Kurang perhatian orangtua, kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan dan pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab terjadilah aborsi. Seorang wanita lebih cendrung berbuat nekat (pendek akal) jika menghadapi hal seperti ini. Pada zaman modren sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem nilai yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan agama. Seperti model pakaian (fasion), model pergaulan dan film-film yang begitu intensif remaja mengadopsi kedalam gaya pergaulan hidup mereka termasuk soal hubungan seks di luar nikah dianggap suatu kewajaran.

Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang lebih trend-nya sex education sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasnya pendidikan seks maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja. Berdasarkan kesepakatan internasional di Kairo 1994 (The Cairo Consensus) tentang kesehatan reproduksi yang berhasil ditandatangani oleh 184 negara termasuk Indonesia, diputuskan tentang perlunya pendidikan seks bagi para remaja. Dalam salah satu butir konsensus tersebut ditekankan tentang upaya untuk mengusahakan dan merumuskan perawatan kesehatan seksual dan reproduksi serta menyediakan informasi yang komprehensif termasuk bagi para remaja. Sementara meninjau berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia, agaknya masih timbul pro kontra di masyarakat, lantaran adanya anggapan bahwa membicarakan seks adalah hal yang tabu dan pendidikan seks akan mendorong remaja untuk berhubungan seks. Sebagian besar masyarakat masih berpandangan stereotype dengan pendidikan seks seolah sebagai suatu hal yang vulgar.

Perbedaan pola pandang tentunya bukan sesuatu yang mudah untuk disatukan. Pasti butuh waktu lama dan alat-alat khusus yang ditujukan untuk merubah pandang remaja yang kolonialis. Perubahan pada diri remaja, hanya tinggal dorongan dan penyadaran pola pandang remaja saat ini terhadap tren yang diciptakannya sendiri tentunya. Siapa yang bertanggung jawab? Ya, kita semua sebagai orang yang berwenang dalam sistem sosial. Oleh sebab itu permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa terkecuali.Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya sebagai remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Peran serta orangtua pastinya sangat penting dalam memperhatikan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari anaknya, memberikan pendidikan agama, memberikan pendidikan seks yang benar. Dari situlah kita dapat merubah pola pandang remaja. Ingat bahwa remaja masih dalam proses transisi, yang pola pandangnya juga masih mudah untuk dirubah.

Daftar Bacaan
Tim Sosiologi. 2004. Sosiologi: Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudhistira
Maryati, Kun. 2005. Sosiologi. Jakarta: Esis
http://organisasi.org/macam-jenis-pengertian-penyimpangan-sosial-individual-dan-kolektif-pelajaran-sosiologi-ips/05-06-2010/19.30

No comments: