Monday 12 September 2016

Prosa malam

Dear makhluk ciptaan tuhan

Kadang kehidupan tak seindah yang kita impikan, untuk itu kita perlu bersabar
Kadang impian tak selalu menjadi kenyataan, untuk itu kita perlu tawaqal
Kehidupan manusia kadang di atas, kadang di bawah, untuk itu kita perlu rendah diri
Semisalpun selalu di atas, berarti ujianmu kelak di akhirat
Sepandainya padi merunduk pasti kekar terlebih dahulu
Ada masa dimana perkataan tak layak terucap dari buah pikir penyair, saat waktu menjadi teman melewati haru. Aku terdiam, entah apa yang ingin dia dilakukan, seolah protes terhadap kebenaran. Memeluk pikuk udara yang seakan merebut perhatian, merebut pernafasan, merebut keyakinan. Jadi siapa yang bodoh? Jelas-jelas persfektifnya abstrak masih meminta penjelasan. Aku bukan orang yang kasar, sekalipun terhadap musuh besar. Saat aku kasar, itu bukanlah aku, apalagi dengan orang yang aku sayangi (MAMAH) ialah emosi yang membirahi.


≠Secercah ini semoga bermanfaat, bukan tentang dan karena abang

Sunday 4 September 2016

Aku suka caramu tersenyum

Kemarin kedatangan aku ke alam hanya ingin tersenyum. Melihat keindahan tuhan dari kejauhan. Menikmati secangkir teh panas yang aku rasa ada kamu sebagai penghangat. Sebelum lima menit, seketika teh menjadi dingin.
Alam itu penuh kerinduan yang teramat dalam. Setelah sekian harinya terbiasa melakukan hal yang biasa. Dulu kita pernah begitu dekat karena alam, padahal berjarak. Sekarang kita tidak berjarak, tapi tidak begitu dekat bukan karena alam. Dulu aku sering menatapmu lamat-lamat, sampai tak ku biarkan waktu berjalan begitu cepat melewatkan penyaksikan keindahan ciptaan Tuhan. Hingga saat ini menatapmu sungguh merindukan. Dulu saat pengakhiran hari menjadi waktu yang paling setia menemani. Begitupun saat ini, selalu ku tunggu tibanya akhir hari. 
Aku suka caramu tersenyum, memiliki arti yang mudah aku pahami. Semoga hari-hari kami akan ada yang menemani.

#aminYRA