Sunday 28 August 2011

Anak yang Kesepian


photograph by @hudaellieza
Di desa bojong kecamatan kenyot, ada seorang anak yang bernama Budi. Budi adalah buah hati dari pasangan Bapak Fahmi dan Ibu Rahmawati. Budi seorang pendatang, ia tidak memiliki sanak saudara di desa tersebut, karenanya Budi hanya tinggal bertiga dengan orangtuanya. Budi yang sekarang menginjak kelas empat SD sudah dapat membantu pekerjaan orangtuanya. Ya, itu semua Budi lakukan karena ia adalah anak semata wayang dari orangtuanya. Dia tidak manja seperti anak tunggal lainnya, karenanya ia menjadi andalan orangtuanya untuk melimpahkan tugas kepadanya. Tugas Budi sehari-hari cukup ringan, hanya menjaga rumah saat orangtuanya berbelanja ke pasar. Aktivitas itu terus menerus dilakukan Budi setiap harinya sambil menunggu orangtuanya pulang dari pasar. Pasar memang tempat keseharian dari orangtua Budi yang membuka usaha rumah makan di desa Bojong Kenyot. Bagi Budi, pasar adalah sumber penghasilan dimana orangtuanya mengais rejeki dari tempat itu. Tetapi keadaan itu berubah saat hati Budi merasa gelisah yang teramat sangat di Jumat pagi. Kegelisahan itu bermula saat Budi menunggu orangtuanya yang tak kunjung pulang dari pasar. Biasanya, orangtua Budi sudah tiba di rumah pukul enam pagi, selewat-lewatnya pukul tujuh pagi. Hati Budi tambah cemas  dan hawatir ketika ponsel bapak dan ibunya yang ternyata tidak aktif. Ternyata kecemasan, kehawatiran, serta kegelisahan Budi terjawablah sudah. Bapak dan ibunya telah tiada. Motor yang ditumpangi mereka tertabrak truk hingga menyebabkan mereka terpental dengan kejauhan kurang lebih 15 meter. Jasadnya remuk, bahkan sulit diidentifikasi kalau hanya melihat wajahnya saja.  Budi meraung-raung menjerit dan menyesali semua itu. Antara sadar dan tidak sadar dengan kenyataan yang menimpa keluarganya. Ia hanya dapat menangis dan terus menangis meratapi nasib yang menimpanya.
Sepeninggalan orangtuanya Budi masih saja menangis dan meratapi kepergian orangtuanya. Tetangga Budi mencoba selalu menghibur Budi setiap harinya dan berniat akan meneruskan sekolah Budi. Mereka kasihan jika Budi tidak melanjutkan sekolahnya. Selang dua minggu kematian orangtuanya, Budi pun sudah dapat mengikhlaskan kepergian mereka, karena semua itu sudah takdir yang menentukan. Malam itu, tepatnya hari kamis malam Jumat, hujan rintik-rintik tak kunjung reda. Tepatnya jam sepuluh malam, Budi masih disibukkan dengan tugas sekolah yang harus kunjung selesai hari itu juga. Makin malam, suasana malam semakin mencekam dengan udara yang begitu dingin karena hujan yang tak kunjung reda. Tugas Budi pun hampir selesai. Tetapi suara ketukan pintu mengacaukan kosentrasi Budi yang hampir menyelesaikan tugasnya. “tok…tok…tok…” (suara dari balik pintu). Budi sesegera mungkin berjalan menuju pintu dengan menapaki lantai yang berembun. Sambil berkata “ya sebentar!”. Sesampainya di depan pintu Budi langsung membuka pintu dengan perlahan, kreeekeeekkk (suara pintu), ternyata ada seorang bapak dan ibu dengan baju yang basah dan kumal. Budi pun langsung bertanya dengan nada gemetar “cari siapa ya?”. mereka menjawab “kami mencari anak kami!”. Budi membalas “anak bapak siapa namanya?”. Mereka pun menegaskan nada bicaranya “kami mencari anak kami!!!”. Budi berkata “iya saya tahu bapak dan ibu mencari anak ibu, tapi siapa namanya?”. “KAU!!!” Balas mereka.

#Sebuah Narasi dari Apriliant

No comments: