Thursday 20 November 2014

MELODI HIKING

Niatku saat ingin mendaki, selalu aku tanamkan dalam hati agar tetap berhati-hati. Aku hanya ingin mendaki menghilangkan dengki, melihat keindahan alam ciptaan-Nya dengan mata telanjang, bukan dari televisi. Namanya Pangrango, ayahnya putri, beristrikan gede. Ini adalah sebuah gunung yang baru aku daki dari sekian banyak pendakianku. Beralaskan hutan lumut licin untuk sampai ke lembahnya pangrango. Kalimat tasbih awal yang terucap ketika sampai “SUBHANALLAH” maha suci allah dengan segala keindahan alam miliknya. Aku hafal wanginya, di mandalawangi  apalagi kalau bukan bunga abadi. Rupanya penciumanku sangat tajam dengan nafasnya anaphalis javanica. Namun dia tak sebanyak di surganya, surya kencana
#please save edelweiss...

photograph by +Lieza Azzahra 
Siang itu, aku menunggu datangnya awan biru, ahhh... tapi tak apalah itu sukabumi yang ku daki, menghantarkan putihnya kabut dengan guyuran hujan, selalu, sampai detik ini. Aginnya mirip kintonnya DGT, berbisik sambil menghantam apa yang ada di dekatnya. Saat ini aku belum belajar bahasa bisikan angin, tapi akan segera aku pelajari. Hingga engkau berbisik sesuatu yang telah ku ketahui tanpa harus terucap, dari satu peristiwa “hujannya tak kunjung beristirahat dalam dua hari”. Aku nikmati perjalanan ini, pelajaran ini, cerita ini, karena aku sang penikmat.
#si penikmat alam dengan segala isinya

No comments: