Monday 16 September 2013

Kehidupan Malam

Apa sih yang ada di benak kita ketika mendengar kehidupan malam? Ya, kehidupan yang serba gemerlap, ekstrim dan semua hal yang di anggap tabu.  Mulai dari PSK yang berlomba-lomba banting harga, pemabuk yang telah teler, pemakai yang minta di tarikkan, pecumbu yang hampir sampai titik klimaks, maling yang teriak maling, dukun yang sedang mengirimkan  tuah, pembalap liar yang sudah berkali-kali ngedrag, penari latar yang mulai melucuti satu persatu pakaiannya, pemimpi yang sudah mulai basah, dan masih banyak hal lain yang cocoknya dilakukan di malam hari. Mengungkap tabir kehidupan malam sama halnya mengungkap dunia para remaja. Karena remaja di zaman globalisasi saat ini yang menyukai kehidupan malam.

Mereka yang dikatakan remaja adalah mereka yang mulai menginjak usia 15 tahun sampai 25 tahun, meski usia tidak sepenuhnya membatasi prilaku bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan lansia. Biasanya mereka yang telah berumur 25 tahun keatas, sudah berpikir kedepan, yakni tabungan, pernikahan, cita-cita dan karir. Sedangkan mereka yang masih dikatakan remaja masih meniti arah dan tujuan hidup ini. Masih ingin mencoba hal-hal baru dan masih memiliki banyak keinginan birahi yang belum terpenuhi. Sayangnya terkadang keinginan dan rasa penasaran terhadap sesuatu itu terlampau jauh dari takarannya. Contoh kecilnya saja, dari merokok dapat merangsang menghisap ganja, karna tanpa melalui rokok seseorang tidak dapat menghisap ganja, lanjut shabu dan kokain. Contoh lainnya yaitu dari gaya pacaran anak masa kini dapat merangsang ke seks bebas dan MBA (Married By Accident). Bukan hanya lalu lintas yang memiliki rambu-rambu, dalam pergaulanpun memiliki rambu-rambu. Jika rambu-rambu batas kewajaran wajar sudah dilanggar, biasanya hal yang tak wajarpun dapat terjadi, kalau sudah terjadi, mau gimana lagi? Tanggung jawab pribadi.

Pengaruh lingkungan sangat berperan aktif dalam perkembangan remaja dalam menyikapi kehidupan malam saat ini. Menurut saya ada empat lingkup yang dapat mempengaruhi perkembangan remaja, yakni orangtua, teman, masyarakat, dan lingkungan pendidikan. Orangtua merupakan faktor utama dalam perkembangan remaja dalam menyikapi kehidupan, karna remaja masih sangat ketergantungan dengan orangtua, seperti rumah, makanan, uang dan sebagainya. Sudah sepatutnya orangtua memperkenalkan kehidupan malam kepada anaknya serta dampak negatif gemerlapnya kehidupan malam, karena presentase orangtua terhadap perkembangan remaja mencakup 40%. Faktor lain yang juga sangat mempengaruhi perkembangan remaja adalah teman. Teman dalam hal ini bisa termasuk juga keluarga (kakak/adik) dan bisa juga saudara. Faktor teman mempengaruhi perkembangan remaja sebanyak 30%, karena masukkan dari teman acap kali masuk tanpa tersaring lagi dipikiran para remaja. Selanjutnya Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan remaja adalah ruang lingkupnya, yakni masyarakat. Masyarakat sekitar kehidupan remaja memiliki presentase 20% terhadap perkembangan remaja. Sebanyak apapun waktu yang mereka buang diluar selalu tidak luput dari masyarakat sekitar tempat tinggalnya, intensitas waktu berada di dalam masyarakat tempat tinggal selalu lebih banyak dari waktu mereka berada di luar. Terakhir faktor ruang lingkup pendidikan (sekolah/kuliah) juga mempengaruhi perkembangan remaja walau hanya memiliki presentase 10%. Pada hakikatnya remaja enggan digurui, apalagi dengan guru atau dosen sekalipun, maka dari itu lingkungan pendidikan tidak terlalu berpengaruh bagi perkembangan remaja.

Melihat kenyataan yang ada terhadap remaja kita saat ini, sudah semestinya mereka yang berinteraksi langsung dengan remaja harus bertindak lebih efektif atas perkembangan remaja, terutama saat menyikapi kehidupan malam, karena kehidupan malam lebih banyak digandrungi oleh para remaja ketimbang orang dewasa. Kehidupan malam saat ini yang terlihat semakin glamour ditengah gemerlap malam menjadi prihatin semua kalangan. Bagaimana tidak? Kejadian AQJ kemarin tentulah menjadi cambuk pelajaran bagi semua orangtua. AQJ disinyalir mengemudi dengan kecepatan tinggi bersama seorang temannya. Saat ini, foto spedometer sedang marak diperbincangkan. Mobil dilaju dengan kencang saat berkemudi, lalu kemudian teman di samping memfoto spedometer dan selanjutnya diunggah ke jejaring sosial seperti facebook, twitter, blackberry messenger, whats app, dll. Untuk dibilang ‘keren’. Sebagai penguat fakta, pernyataan Al Ghozali (Al/kakak AQJ) disampaikan disalah satu stasiun televisi swasta: “Dia ngebut, katanya sampai 200 km kalau nggak salah. Pas ngebut kaget di depan ada mobil, terus banting ke kanan”. Berdasarkan pernyataan Al tersebut, AQJ disinyalir mencoba memfoto spedometer kendaraan melalui temannya yang berada di sampingnya untuk diunggah ke dalam jejaring sosial, karena saat kejadian malam hari, rasa kantuk dan gelapnya malam menambah daya hilangnya kosentrsi saat mengemudi dan akhirnya kecelakaanpun terjadi. Melihat ulah remaja seperti ini, orang tua, teman, lingkungan tempat tinggal dari kalangan artis, dan ditambah pula AQJ sudah lama tidak bersekolah formal, alias homeschooling sangat mempengaruhi perkembangan mereka.

Sekarang ini sudah saatnya kita sebagai orang yang paham dan mengerti tentang kehidupan malam cobalah memasuki kehidupan remaja sebagai teman, sebagai orangtua, agar mereka lebih merasa aman dan nyaman saat mendengarkan bahasan dari kita. Bukan dengan menasehati apalagi menggurui dan menceramahi, hanya bertukar informasi dan mengobrol yang memang sepantasnya sesama teman perbincangkan. Adakalanya orang dewasa harus berperan sebagai remaja dalam menyikapi kehidupan malam yang penuh kontroversial.

No comments: