Saturday 6 December 2014

Ayah dan Ibu Hebat

BENAR nyatanya sesuatu yang tidak terlintas bahkan tidak terpercayakan oleh saya sebagai seorang anak kandung yang memiliki ayah tidak baik. Ini suatu tamparan keras yang Allah berikan kepada saya dan keluarga. Diakhiri di tahun 2014 kelam, tanpa saya ketahui kapan ini semua dimulai, yang saya tahu tiga anak itu sudah menyandang nama belakang ayah saya. Sekarang ayah saya sudah memiliki kampung di Yogyakarta sana. Setiap malam jumat ayah selalu keluar rumah untuk “berhubungan” layaknya suami istri dengan wanita tersebut. Bagaimana cara saya melarang ibu saya untuk  “jangan berhubungan” dengan ayah saya? Ayah yang hebat, dapat menyimpan bangkai yang baru terhendus saya dan adik saya.

Dua minggu belakangan ini rasanya saya selalu ingin memeluk tubuh ibu saya, seperti perasaan rindu yang tidak pernah tersampaikan saat melihatnya. Mungkin karena akhir-akhir ini kesibukannya lebih menyita waktunya sebagai ibu. Ibu saya memang seorang workaholic, beliau yang berjuang mati-matian untuk menafkahi keluarga. Senin sampai jumat wakutunya bekerja, sabtu dan minggu waktunya kuliah. Kalau dapat memilih, ibu saya tidak akan mau untuk kuliah lagi, tapi ini tuntutan pekerjaan, jika beliau tidak laksanakan, mau jadi apa kami? Tanpa beliau kami tidak akan dapat hidup enak, berpendidikan tinggi, dan memiliki segala. Saya sangat bangga terhadap ibu saya, ibu yang hebat, disaat teman sebayanya dapat menikmati uang hasil jerih payahnya, ibu saya hanya mengingat keluarga untuk makan uang tersebut. Ibu saya merangkap menjadi ibu beserta ayah untuk keluarga kecil kami, tapi ayah tidak melihat itu. Tegakah saya sebagai seorang anak untuk mengatakan kejujuran yang nantinya berujung perpecahan? Dengan saya berbohong, saya seperti menusuk ibu perlahan-lahan, merasakan pedih yang masih dapat tertahan. Atau haruskah saya jujur untuk mengatakan kebenaran yang juga menyakitkan ibu saya sekarang?

Berpuluh tahun saya hadir sebagai seorang anak, dan juga adik-adik saya tidak pernah merasakan perayaan ulang tahun sedemikian mewah seperti ini. Dari sini saya tahu, ayah saya bukan tidak menyayangi keluarganya yang lama, tetapi lebih menyayangi keluarga barunya. Aku tidak kesal atau marah pada anak-anak yang tidak berdosa itu. Perbuatan ayahnyalah yang salah. Boleh saya bilang tahun ini adalah kebersamaan kami yang terakhir? Akan saya angkut semua hak milik beserta isinya untuk meninggalkan rumah ini. Biarlah keluarga yang baru dapat masuk dan merasakan kehangatan yang belum mereka dapatkan di istana ini. Sangat sedih rasanya meninggalkan kenyamanan di istana dan harus beradaptasi dengan gubuknya ibu, tapi ini suratan takdir.

#Akan aku manfaatkan kebersamaan ini agar ayah selalu ingat kenangan diantara kita

No comments: