Monday 7 July 2014

SEJATI

photograph by +Ray Sahafiz 
Dear pembaca setiaku

Aku hanya ingin berbagi pengalaman. Aku ingat sewaktu aku sekolah dasar dulu, aku ingat pelajaran Bahasa Indonesia yang membahas suatu pribahasa yang aku pahami sejak lama, dan ku tanam dalam benakku. “Karena setitik nila, rusak susu sebelangga” yang artinya "karena setitik kejahatan, rusak seribu kebaikan”. Akan tetapi pribahasa itu hilang dengan beriringnya waktu, berjalannya kedewasaan pada diriku. Bagiku setitik kekecewaan tidak boleh merusak sejuta kebahagiaan dari orang terkasih. Itu adalah sebagian dari suatu kekhilafan pada umat manusia, dan itu adalah suatu kewajaran pada manusia normalnya. Bukankah memang tidak adanya di dunia ini makhluk sempurna? bukankah kesempurnaan hanyalah milik Allah dan Rasulnya? Bukankah manusia tempatnya salah dan dosa?

Kematangan diri seseorang terlihat dari ucapan dan tingkahnya. Cara melihatnyapun tidak dapat berlangsung hanya satu menit, jam, hari, tapi butuh beberapa waktu. Keputusan adalah pilihan dalam hidup yang nantinya semua manusia pasti memiliki keputusan, namun keputusan itu tidak dapat diambil dengan cepat, tidak semudah mengatakan persahabatan sebagai pertemanan, karena keduanya berbeda.

Teman sejati, selalu bertanya sebelum aku bicara “ini masalahku”.
Sahabat sejati, sudah meletakkan pundaknya sebelum aku meminjamnya.
Dia yang sejati, menghapus sebelum air mataku terjatuh

Teman sejati, telah membukakan pintu sebelum aku bilang "boleh masuk?"
Sahabat sejati, menjadi pelindung saat aku bilang "aku takut"
Dia yang sejati, mengobati sebelum aku tersakiti

#terimakasih untuk para sejati

No comments: